Rabu, 09 September 2015

PEMANFAATAN BUDAYA LOKAL DALAM PENDIDIKAN



MAKALAH :
PEMANFAATAN BUDAYA LOKAL DALAM PENDIDIKAN







Oleh :
KELOMPOK. 8
Ø  JUSRIADI
Ø  SRISUHESTI
Ø  MUH.ILHAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AS’ADIYAH ( JURUSAN PAI )

Tahun Akademik 2014 – 2015
Disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Sosiologi


 
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, Wr.Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas berkah, rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Pemanfaatan Budaya Lokal Dalam Pendidikan” ini dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang menuntun umat dari alam gelap gulita menuju alam terang benderang.
Kami sangat berterima kasih kepada Dosen Pembimbing mata kuliah ini, karena telah mempercayakan makalah ini untuk kami prsentasekan sehingga dapat menambah pengetahuan kami dalam hal pendidikan. Adapun isi dari makalah yang kami buat ini dikutip dari beberapa buku ataupun juga situs-situs internet yang berhubungan dengan  pembahasan materi makalah ini. Namun, kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas dari makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dan dapat kita laksanakan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Wassalamu’alaikum, Wr.Wb

SENGKANG  06 MEI  2015


      Penulis





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
A.    LATAR BELAKANG............................................................................................. 1
B.     RUMUSAN MASALAH........................................................................................ 1
BAB II
PEMBAHASAN........................................................................................................... 2
A.    KEBUDAYAAN..................................................................................................... 2
B.     PENDIDIKAN........................................................................................................ 2
C.     HUBUNGAN KEBUDAYAAN DENGAN PENDIDIKAN............................... 3
D.    PERANAN KEBUDAYAAN DALAM PENDIDIKAN...................................... 4
E.     PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA.......................................................... 6
F.      MANFAAT BUDAYA........................................................................................... 8
BAB III
KESIMPULAN........................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan secara praktis tak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya. Dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan sendiri, secara proses mantransfernya yang paling efektif dengan cara pendidikan. Keduanya sangat erat sekali hubungannya karena saling melengkapi dan mendukung antara satru sama lainnya.
Tujuan pendidikan pun adalah melestarikan dan selalu meningkatkan kebudayaan itu sendiri, dengan adanya pendidikanlah kita bisa mentransfer kebudayaan itu sendiri dari generasi ke generasi selanjutnya.
Dan juga kita sebagai masyarakat mencita-citakan terwujudnya masyarakat dan kebudayaan yang lebih baik ke depannya, maka sudah dengan sendirinya pendidikan kitapun harus lebih baik lagi.
B.     Rumusan Masalah
·         Pengertian Budaya
·         Pengertian Pendidikan
·         Hubungan Kebudayaan dengan Pendidikan
·         Peranan Kebudayaan Dalam Pendidikan
·         Pembelajaran Berbasis Budaya
·         Manfaat Budaya










BAB II
PEMBAHASAN
A.    KEBUDAYAAN
Secara harfiah pengertian budaya (culture) berasal dari bahasa Latin Colere, yang berarti mengerjakan tanah, mengolah, atau memelihara ladang. Oleh Ashley Montagu dan Cristper Dawson, kebudayaan diartikan sebagai way of life, yaitu cara hidup tertentu yang memancarkan identitas tertentu pula dari suatu bangsa. Sementara menurut Koentjoroningrat, budaya adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan segala hasil karya manusia dalam rangka khidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar (Gering Supriyadi : 2003).
Kebudayaan sebagai hasil budi manusia, dalam hal berbagai bentuk dan menifestasinya, dikenal sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang tidak kaku, melainkan selalu berkembang dan berubah dan membina manusia untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan kultural dan tantangan zaman tradisional untuk memasuki zaman modern.
Manusia sebagai mahluk berakal dan berbudaya selalu berupaya untuk mengadakan perubahan-perubahan. Dengan sifatnya yang kreatif dan dinamis manusia terus berevolusi meningkatkan kualitas hidup yang semakin terus maju, ketika alamlah yang mengendalikan manusia dengan sifatnya yang tidak iddle curiousity (rasa keinginantahuan yang terus berkembang) makin lama daya rasa, cipta dan karsanya telah dadpat mengubah alam menjadi sesuatu yang berguna, maka alamlah yang dikendalikan oleh manusia.
Kebudayaan merupakan karya manusia yang mencakup diantaranya filsafat, kesenian, kesusastraan, agama, penafsiran dan penilaian mengenai lingkungan.
B.     PENDIDIKAN
Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
Adapun menurut Carter V.Good dalam Dictinary of Education bahwa pendidikan itu mengandung pengertian:
1. Proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya
2. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (misalnya sekolah) sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan pribadinya.
Sedangkan menurut konsep yang dikemukakan oleh Freeman Butt dalam bukunya yang terkenal Cultural History of Western Education bahwa:
Pendidikan adalah kegiatan menerima dan memberikan pengetahuan sehingga kebudayaan dapat diteruskan dari generasi ke generasi berikutnya.
Menurut Hasan Langgulung dalam bahasanya mengenai pendidikan adalah aktifitas yang dikerjakan oleh pendidikan dan filsafat-filsafat untuk menjelaskan proses pendidikan, menyelaraskan, mengkritik dan merubahnya berdasar masalah-masalah kontradiksi budaya.
C.    HUBUNGAN KEBUDAYAAN DENGAN PENDIDIKAN
Menurut DR. Sahiq Sama'an dalam al-Syaibany (1979) pendidikan adalah pendidikan yakni kegiatan yang dilakukan oleh pendidik-pendidik dan filosofis untuk menerangkan, menyelaraskan, mengecam dan merubah proses pendidikan dengan persoalan-persoalan kebudayaan dan unsur-unsur yang bertentangan didalamnya.
Dilihat dari sudut pandang individu, pendidikan merupakan usaha untuk menimbang dan menghubungkan potensi individu. Adapun dari sudut pandang kemasyarakatan, pendidikan merupakan usaha pewarisan nilai-nilai budaya dari generasi tua kepada generasi muda, agar nilai-nilai budaya tersebut tetap terpelihara, tulis Hasan Langgulung.
Maka sudah jelas bahwa pendidikan dan kebudayaan sangat erat sekali huibugan karena keduanya berkesinambungan, keduanya saling mendukung satu sama lainnya.
Dalam konteks ini dapat dilihat hubungan antara pendidikan dengan tradisi budaya serta kepribadian suatu masyarakat betapapun sederhananya masyarakat tersebut. Hal ini dapat dilihat bahwa tradisi sebagai muatan budaya senantiasa terlestarikan dalam setiap masyarakat, dari generasi ke generasi. Hubungan ini tentunya hanya akan mungkin terjadi bila para pendukung nilai tersebut dapat menuliskannya kepada generasi mudanya sebagai generasi penerus.
Transfer nilai-nilai budaya dimiliki paling efektif adalah melalui proses pendidikan. Dalam masyarakat modern proses pendidikan tersebut didasarkan pada program pendidikan secara formal. Oleh sebab itu dalam penyelenggarannya dibentuk kelembagaan pendidikan formal.
Seperti dikemukakan Hasan Langgulung bahwa pendidikan mencakup dua kepentingan utama, yaitu pengembangan potensi individu dan pewarisan nilai-nilai budaya. Maka sudah jelas sekali bahwa kedua hal tersebut pendidikan dan kebudayaan berkaitan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa itu masing-masing, kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan karena saling membutuhkan antara satu sama lainnya.
Dikatakan dengan pendapat Hasan Langgulung bahwa pendidikan dalam hubungan dengan individu dan masyarakat, akan tetapi dapat dilihat bagaimana garis hubung antara pendidikan dan sumber daya manusia. Dari sudut pandangan individu pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan potensi individu, sebaliknya dari sudut pandang kemasyarakatan pendidikan adalah sebagai pewarisan nilai-nilai budaya.
Dalam pandangan ini, pendidikan mengemban dua tugas utama, yaitu peningkatan potensi individu dan pelestarian nilai-nilai budaya. Manusia sebagai mahluk berbudaya, pada hakikatnya adalah pencipta budaya itu sendiri. Budaya itu kemudian meningkatkan sejalan dengan peningkatan potensi manusia pencipta budaya itu.
D.    PERANAN KEBUDAYAAN DALAM PENDIDIKAN
Pewarisan kebudayaan dapat dilakukan dengan sarana pendidikan, baik formal, maupun nonformal. Agar tradisi kebudayaan tetap hidup dan berkembang setiap masyarakat dapat mewariskannya kepada generasi yang lebih muda melalui pendidikan. Namun dalam konteks kebudayaan banyak orang mempertanyakan pendidikan kita. Mengapa sistem pendidikan tidak memperkuat dan mengembangkan budaya sendiri? Mengapa bangsa kita mudah terpengaruh oleh budaya asing? Mengapa budaya asli kita tidak dapat menahan intervensi globalisasi yang datang? Apakah pendidikan kita selama ini sudah dapat dijadikan sebagai sarana pewarisan budaya atau tidak?
Pertanyaan-pertanyaan ini menggambarkan kegelisahan tentang bagaimana sebenarnya pendidikan berperan. Pendidikan yang selama ini diharapkan sebagai upaya pembentukan perilaku/proses pembudayaan dan penanaman nilai-nilai kultur, ternyata belum berhasil membawa peserta didik untuk mengembangkan sikap dan kebudayaan sendiri, justru mereka terperangkap dalam kontak budaya (cultural contact) dengan budaya asing yang belum tentu memiliki nilai yang baik untuk diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu nilai-nilai yang selama ini melekat dalam masyarakat (kearifan lokal) perlu dikembangkan melalui pendidikan nasional, karena secara tidak langsung dalam proses pembelajaran (pendidikan) di sekolah telah terjadi proses pembudayaan kepada peserta didik. 
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan
Salah satu unsur dari kebudayaan itu adalah ilmu pengetahuan. Menurut Suriasumantri (1999), ilmu dapat dipandang sebagai produk, proses dan paradigma etika. Sebagai produk, ilmu merupakan hasil dari kegiatan sosial yang berusaha memahami alam, manusia dan perilakunya baik secara individu atau kelompok. Apa yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini, merupakan hasil penalaran (rasio) secara objektif. Ilmu sebagai proses, berarti ilmu diperoleh dari hasil metode keilmuan yang diakui secara umum dan universal sifatnya. Oleh karena itu ilmu dapat diuji kebenarannya, sehingga tidak mustahil suatu teori yang sudah mapan dapat ditumbangkan oleh teori lain. Ilmu sebagai paradigma etika, karena ilmu selain universal, komunal, juga alat meyakinkan sekaligus skeptis, tidak begitu saja mudah menerima kebenaran (Soelaeman, 2001).
Selain strategi dan model-model belajar yang sudah kita pelajari bersama, masih terdapat strategi pembelajaran lain yang baru dan sedang dikembangkan oleh dunia pendidikan di Indonesia yaitu pembelajaran berbasis budaya.



E.     PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA
a.       Pengertian Budaya
Pada kesempatan lain Koentjoroningrat menyebut konsep kebudayaan sebagai sistem ide yang dimiliki bersama oleh masyarakat pendukungnya meliputi :
1.      kepercayaan;
2.      pengetahuan;
3.      keseluruhan nilai dan norma hubungan antar individu dalam suatu komunitas yang dihayati, dilakukan, ditaati, dan dilestarikan;
4.      keseluruhan cara mengungkapkan perasaan dengan bahasa lisan, tulisan, nyanyian, permainan musik, tarian, lukisan atau penggunaan lambing (Soetarno : 2004)
Salah satu definisi dari 160 definisi yang dikumpulkan oleh A. Kroeber dan A. Kluckhohn adalah definisi dari para ahli sosiologi, yaitu mengartikan kebudayaan sebagai keseluruhan kecakapan-kecakapan (adat, akhlak, kesenian, ilmu, dan lain-lain) yang dimiliki manusia sebagai subyek masyarakat. Selanjutnya, dikatakan bahwa kebudayaan terdiri dari pola-pola yang nyata maupun tersembunyi dari dan untuk perilaku yang diperoleh dan ditransfer dalam bentuk simbol-simbol yang menjadi hasil karya dari suatu komunitas budaya.
Inti pokok kebudayaan itu sendiri merupakan gagasan-gagasan tradisional yang diperoleh dan dipilih secara historis, khususnya nilai-nilai yang relevan. Sistem kebudayaan dapat dianggap sebagai hasil tindakan dan sebagai unsur yang mempengaruhi tindakan selanjutnya . Ditinjau dari bentuknya, terdapat dua bentuk budaya, yaitu budaya subjektif dan budaya objektif. Budaya subjektif adalah nilai-nlai batin yang terdapat dalam kebenaran, kebajikan, dan keindahan. Sedangkan budaya ojektif adalah tata lahir yang berbentuk materialisasi dan institusionalisasi. Berdasarkan fungsionalisme, budaya yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran berbasis budaya meliputi :
                                     I.            Kebudayaan yang dapat menjaga kelangsungan hidup
                                  II.            Kebudayaan yang :
ü  Bernilai ekonomi,
ü  Bernilai kontrol sosial,
ü  Bernilai pendidikan, yang bersumber dari kebudayaan Nusantara (2004).
b.      Pembelajaran Berbasis Budaya
Salah satu strategi belajar mengajar yang baru dan sedang dikembangkan adalah pembelajaran berbasis budaya. Pembelajaran berbasis budaya merupakan penciptaan lingkungan belajar dan perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya sebagai bagian dari proses pembelajaran. Pendekatan ini didasarkan pada pengakuan terhadap budaya sebagai bagian yang fundamental dalam pendidikan, ekspresi, dan komunikasi gagasan, serta perkembangan pengetahuan.
Dalam pembelajaran berbasis budaya, budaya diintegrasikan sebagai alat bagi proses belajar untuk memotivasi mahasiswa dalam mengaplikasikan pengetahuan, bekerja secara kooperatif, dan mempersepsikan keterkaitan antara berbagai bidang ilmu. Sebagai suatu strategi belajar, pembelajaran berbasis budaya mendorong terjadinya proses imaginative, metaforik, berpikir kreatif, dan juga sadar budaya. Pembelajaran berbasis budaya menjadikan
proses belajar sebagai arena eksplorasi bagi mahasiswa maupun dosen dalam mencapai pemahaman dan mencapai pengertian secara rasional ilmiah dalam bidang ilmu tertentu. Selain itu juga mewujudkan pengembangan keterampilan sampai tercapai keahlian, serta mencari strategi untuk mencapai pemahaman dan mengembangkan keterampilan tersebut.
Pembelajaran berbasis budaya juga menjadikan budaya sebagai arena bagi peserta didik untuk mentransformasikan hasil observasi mereka ke dalam bentuk-bentuk dan prinsip-prinsip yang kreatif tentang alam dan kehidupan. Melalui pendekatan ini mahasiswa tidak sekedar meniru dan atau menerima saja informasi yang disampaikan, tetapi sampai menciptakan makna, pemahaman dan arti dari informasi yang diperolehnya. Proses belajar dalam pembelajaran berbasis budaya befokus pada strategi agar mahasiswa
1. Dapat melihat keterhubungan antar konsep/prinsip dalam bidang ilmunya, dengan budaya, dalam beragam konteks yang baru dan komunitas budayanya.
2. Memperoleh pemahaman terpadu tentang bidang ilmu dan budaya sebagai landasan berpikir kritis, meyelesaikan beragam permasalahan dalam konteks komunitas budaya, serta mengambil keputusan.
3. Dapat berpartisipasi aktif, senang, dan bangga untuk belajar bidang ilmu dan budayanya
4. Dapat menciptakan makna berdasarkan pengetahuan dan pengalaman awal yang dimiliki, melalui beragam interaksi aktif dengan siswa lain dan pengajar
5. Dapat memperoleh pemahaman bahwa ada kaidah keilmuan dalam kehidupan sehari-hari dalam komunitas budayanya, dan juga ada budaya dalam konteks bidang ilmunya
6. Dapat memperoleh pemahaman yang terintegrasi dan keteramilan ilmiah dalam mepersepsikan sesuatu disekelilingnya.
Dilihat dari segi tenaga pengajar, pembelajaran berbasis budaya berfokus pada penciptaan suasana belajar yang dinamis, yang mengakui keberadaan siswa dengan segala latar belakang, pengalaman, dan pengetahuan awalnya, dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bebas bertanya, berbuat salah, berekspresi, dan membuat kesimpulan tentang beragam hal dalam kehidupan. Dalam hal ini, peran tenaga pengajar menjadi berubah, tidak lagi sebagai satu-satunya pemberi informasi yang mendominasi kegiatan pembelajaran, tetapi menjadi perancang dan pemandu proses pembelajaran.
Menurut Goldberg, tenaga pengajar adalah pembuat mimpi, artinya tenaga pengajar berperan memotivasi agar mahasiswa memiliki cita-cita, keingintahuan yang berlangsung terus, dan kreativitas. Dalam pembelajaran berbasis budaya, tenaga pengajar berfokus untuk :
a. menjadi pemandu mahasiswa, negosiator makna yang handal, pembimbing mahasiswa dalam bereksplorasi, analisis, dan pengambilan keputusan
b.menahan diri agar tidak terjadi otoriter, atau menjadi satu-satunya sumber informasi bagi mahasiswa
c. dapat merancang proses pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menarik, sehingga tidak hanya pembelajaran satu arah
d.            merancang strategi secara kreatif agar dapat mengetahui beragam kemampuan dan ketrampilan yang dicapai tiap mahasiswa
e. merancang strategi yang memungkinkan siswa terbiasa berpikir ilmiah, mengutarakan gagasan, menjelaskan rasional, mendebat dan berargumentasi, serta menghasilkan karya ilmiah
f. dapat memanfaatkan keunikan pengetahuan dan pengalaman awal mahasiswa dalam proses pembelajaran (Dikti : 2005)
Dengan demikian melalui pembelajaran berbasis budaya memungkinkan terjadinya perubahan budaya pembelajaran, dari pembelajaran yang teacher centered menjadi pembelajaran yang berfokus pada mahasiswa.
F.     MANFAAT BUDAYA
ü  Mengenal perilaku lebih dalam dirinya sendiri maupun orang lain yang sebelumnya lebih dikenal luarnya saja.
ü  Sebagai bekal penting untuk pergaulan hidup.
ü  Perlu bersikap luwes dalam pergaulan setelah mendalami jiwa dan perasaan manusia serta mau tahu perilaku manusia.
ü  Tanggap terhadap hasil budaya manusia secara lebih mendalam sehingga lebih peka terhadap masalah-masalah pemikiran perasaan serta perilaku manusia dan ketentuan yang diciptakannya.
ü  mampu menghargai budaya yang ada di sekitarnya dan ikut mengembangkan budaya bangsa serta melestarikan budaya nenek moyang leluhur kita yang luhur nilainya.
ü  sebagai calon pemimpin bangsa serta ahli dalam disiplin ilmu tidak jatuh kedalam sifat-sifat kedaerahan dan kekotaan sebagai disiplin ilmu yang kaku.
ü  Dapat menciptakan sifat kebudayaan yang universal dan dinamis
ü  Dapat mengenal lebih dalam tentang budaya yang terdapat di Negara yang kita cintai dengan melihat dari kesenian, bermacam-macam suku, adat istiadat, bahasa, budaya daerah dan budaya nasional.
ü  Mampu menciptakan hubungan yang harmonis antar manusia dan kelompok.
ü  Dapat mengenal lebih jauh tentang unsure-unsur budaya seperti :
a. Sistem Religi/ Kepercayaan
b. Sistem organisasi kemasyarakatan
c. Ilmu Pengetahuan
d. Bahasa dan kesenian
e. Mata pencaharian hidup
f. Peralatan dan teknologi
Dengan adanya manfaat tersebut, maka perubahan-perubahan yang ada di masyarakat dapat di antisipasi dengan baik. Manfaat-manfaat tersebut pula lah yang menjadikan kebudayaan Indonesia berbeda dengan kebudayaan di Negara-Negara lain. Dengan adanya budaya, hendaknya pola pikir manusia dalam bertindak dapat semakin maju dan berkembang, namun dapat juga menyaring hal-hal negative yang masuk sehingga tidak menjatuhkan nama baik Negara.
Hal ini lah yang paling utama di jadikan sebagai tujuan mengapa ilmu budaya dasar wajib di pelajari dan di terapkan, terutama bagi generasi-generasi muda agar tidak salah dalam menyaring budaya budaya yang masuk di suatu negara.
Ada 5 Manfaat Keberagaman Budaya
1.      Promotes nilai-nilai kemanusiaan.
Ketika suatu organisasi memiliki sekelompok karyawan milik beragam budaya, hal ini menunjukkan bahwa organisasi mengakui dan merayakan dan memperingati keragaman yang ada pada orang dari latar belakang yang berbeda. Ini membuat orang-orang organisasi berpikir  bahwa nilai mereka dan kontribusi layak sedang direalisasikan oleh organisasi dan manajemen.
2.      Improves produktivitas dan profitabilitas.
Terlepas dari nilai-nilai kemanusiaan, keragaman budaya juga membawa beberapa manfaat nyata kepada bisnis di seluruh dunia. Persuasi aktif keragaman di tempat kerja langsung dampak  produktivitas dan profitabilitas organisasi serta karyawan. Ada peningkatan produktivitas pekerjadan profitabilitas bagi organisasi.
3.      Helps untuk membuat kolam bakat.
Ketika organisasi berinvestasi dalam keragaman, hasil dalam penciptaan kolam bakat yang lebih besar. Ini adalah situasi win-win baik bagi karyawan dan organisasi. Pertukaran karyawan dan belajar setiap otherâ ¼ positif dan kompetensi. Seperti kolam bakat menyediakan organisasidengan keunggulan kompetitif, yang membantu untuk kemajuan dalam lingkungan yang besar dan kompetitif.
4.      Exchange ide-ide inovatif.
Ketika sebuah organisasi terdiri dari orang dengan berbagai latar belakang, budaya dan pengalaman, ide-ide kreatif dan inovatif baru menopang dalam pikiran orang yang berbeda. Ituwajar bahwa orang-orang dengan berbagai pengalaman dan perspektif dalam hidup akan mampumenghasilkan ide-ide unik dan solusi untuk masalah. Ini adalah nilai besar untuk keduaorganisasi dan karyawan. Pertukaran dinamis seperti yang terjadi antara orang yang memiliki persepsi yang berbeda menghasilkan hasil yang kreatif. Situasi seperti ini pernah dibuat dalamkelompok orang yang berpikir sama dan milik budaya serupa.


5.      Other manfaat keanekaragaman.
Banyak studi yang berkaitan dengan perilaku organisasi menyimpulkan bahwa mempromosikankeragaman budaya mengurangi tingkat ketidakhadiran, perputaran karyawan yang lebih rendah,mengurangi biaya yang berkaitan dengan perekrutan karyawan baru dan mengurangi tanggung jawab hukum dalam gugatan diskriminasi. Dalam dunia persaingan, di mana keragaman budaya memiliki begitu banyak manfaat.



























BAB III
KESIMPULAN
Tuntutan masyarakat terhadap efisiensi, produktivitas, efektivitas mutu, dan kegunaan hasil dalam penyelenggaraan proses pembelajaran di perguruan tinggi merupakan hal yang menjadi keharusan. Namun dalam pelaksanaan perkuliahan di kelas ternyata dihadapkan pada masalah yang menghambat keberhasilan proses pembelajaran tersebut. Masalah yang terjadi dan sangat merisaukan dosen adalah rendahnya partisipasi mahasiswa dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas.
Dalam perkuliahan yang berlangsung selama ini, para mahasiswa cenderung hanya duduk, diam, dan sekedar mendengarkan tanpa memberikan respon yang relevan dengan materi kuliah. Selama perkuliahan berlangsung tidak pernah muncul pertanyaan ataupun gagasan yang berkaitan dengan materi kuliah. Kecenderungan ini menjadi kendala bagi dosen pengajar karena menyebabkan ketercapaian penguasaaan materi kuliah oleh mahasiswa sangat rendah.
Fenomena rendahnya partisipasi mahasiswa dalam perkuliahan perlu mendapat perhatian, selanjutnya dicari penyebabnya, dan segera diatasi. Upaya peningkatan partisipasi mahasiswa dalam perkuliahan merupakan hal yang penting untuk dilakukan, karena terkait erat dengan keberhasilan pendidikan di perguruan tinggi.
Motivasi belajar perlu mendapatkan perhatian khusus, karena rendahnya motivasi belajar diperkirakan merupakan penyebab utama rendahnya partisipasi mahasiswa dalam perkuliahan. Untuk menumbuhkan motivasi belajar mahasiswa maka pembelajaran harus dirancang secara kreatif, yang memungkinkan terjadinya interaksi dan negosiasi untuk penciptaan arti dan konstruksi makna dalam diri mahasiswa dan tenaga pengajar, sehingga dicapai pembelajaran yang bermakna.
Pembelajaran berbasis budaya sebagai salah satu pendekatan pembelajaran alternatif, yaitu mengaitkan materi kuliah dengan konsep yang berasal dari budaya lokal di mana mahasiswa berada. Melalui pengembangan konsep budaya lokal dalam proses pembelajaran, maka perkuliahan akan lebih mudah dipahami dan diterima mahasiswa. Dengan kata lain, salah satu cara meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam perkuliahan adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis budaya.




DAFTAR PUSTAKA
Ali, H. Filsafat Pendidikan. Kota Kembang, Yogjakarta.1990
Bogdan, R.C & Biklen, S.K. 1992. Qualitative Research in Education: An introduction to theory and Methods. Second Edition. Allyn and Bacon.
Boston Gering Supriyadi, 2003, Budaya Kerja Pegawai Negeri Sipil, Lembaga Administrasi Negara, Jakarta.
Kemmis, Stephen & Mc. Taggart, Robin. 1998. The Action Research Planner. Deaken University. Victoria.
M. Zainudin dan Susy Puspitasari, 2005, Strategi Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi, Edisi Revisi, PAU-PPAI Universitas Terbuka, Jakarta
Miles, M. B. & Huberman, A. M. 1992. Analisis Data Kualitatif . Terjemahan oleh Cecep Rohendi, Rohidi. 1992. Penerbit Unuiversitas Indonesia. Jakarta.
Moleong, Lexy. 1998. Metode Penelitian Kualiatif. Remaja Rosda karya. Bandung.
Paulina Pannen, 2005, Pembelajaran Orang Dewasa, Edisi Revisi, PAU-PPAI Universitas Terbuka, Jakarta





Tidak ada komentar:

Posting Komentar