MAKALAH :
PEMANFAATAN
BUDAYA LOKAL DALAM PENDIDIKAN
Oleh :
KELOMPOK. 8
Ø JUSRIADI
Ø SRISUHESTI
Ø MUH.ILHAM
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM AS’ADIYAH ( JURUSAN PAI )
Tahun Akademik
2014 – 2015
Disusun untuk
Melengkapi Tugas Mata Kuliah Sosiologi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, Wr.Wb
Puji dan
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas berkah, rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Pemanfaatan Budaya
Lokal Dalam Pendidikan” ini dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa kami
haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang menuntun umat dari alam gelap gulita
menuju alam terang benderang.
Kami sangat
berterima kasih kepada Dosen Pembimbing mata kuliah ini, karena telah
mempercayakan makalah ini untuk kami prsentasekan sehingga dapat menambah pengetahuan
kami dalam hal pendidikan. Adapun isi dari makalah
yang kami buat ini dikutip dari beberapa buku ataupun juga situs-situs internet
yang berhubungan dengan pembahasan
materi makalah ini. Namun, kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih
memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas dari makalah
ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dan dapat kita laksanakan dalam
kehidupan kita sehari-hari.
Wassalamu’alaikum, Wr.Wb
SENGKANG 06 MEI
2015
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................ 1
BAB II
PEMBAHASAN........................................................................................................... 2
A. KEBUDAYAAN..................................................................................................... 2
B. PENDIDIKAN........................................................................................................ 2
C. HUBUNGAN KEBUDAYAAN
DENGAN PENDIDIKAN............................... 3
D. PERANAN KEBUDAYAAN DALAM PENDIDIKAN...................................... 4
E.
PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA.......................................................... 6
F. MANFAAT BUDAYA........................................................................................... 8
BAB III
KESIMPULAN........................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan secara praktis tak dapat dipisahkan
dengan nilai-nilai budaya. Dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan sendiri,
secara proses mantransfernya yang paling efektif dengan cara pendidikan.
Keduanya sangat erat sekali hubungannya karena saling melengkapi dan mendukung
antara satru sama lainnya.
Tujuan pendidikan pun adalah melestarikan dan selalu
meningkatkan kebudayaan itu sendiri, dengan adanya pendidikanlah kita bisa
mentransfer kebudayaan itu sendiri dari generasi ke generasi selanjutnya.
Dan juga kita sebagai masyarakat mencita-citakan
terwujudnya masyarakat dan kebudayaan yang lebih baik ke depannya, maka sudah
dengan sendirinya pendidikan kitapun harus lebih baik lagi.
B.
Rumusan Masalah
·
Pengertian
Budaya
·
Pengertian
Pendidikan
·
Hubungan
Kebudayaan dengan Pendidikan
·
Peranan
Kebudayaan Dalam Pendidikan
·
Pembelajaran Berbasis Budaya
·
Manfaat
Budaya
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KEBUDAYAAN
Secara
harfiah pengertian budaya (culture) berasal dari bahasa Latin Colere, yang
berarti mengerjakan tanah, mengolah, atau memelihara ladang. Oleh Ashley
Montagu dan Cristper Dawson, kebudayaan diartikan sebagai way of life, yaitu
cara hidup tertentu yang memancarkan identitas tertentu pula dari suatu bangsa.
Sementara menurut Koentjoroningrat, budaya adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, dan segala hasil karya manusia dalam rangka khidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar (Gering Supriyadi : 2003).
Kebudayaan sebagai hasil budi
manusia, dalam hal berbagai bentuk dan menifestasinya, dikenal sepanjang
sejarah sebagai milik manusia yang tidak kaku, melainkan selalu berkembang dan
berubah dan membina manusia untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
kultural dan tantangan zaman tradisional untuk memasuki zaman modern.
Manusia sebagai mahluk berakal dan
berbudaya selalu berupaya untuk mengadakan perubahan-perubahan. Dengan sifatnya
yang kreatif dan dinamis manusia terus berevolusi meningkatkan kualitas hidup
yang semakin terus maju, ketika alamlah yang mengendalikan manusia dengan
sifatnya yang tidak iddle curiousity (rasa keinginantahuan yang terus
berkembang) makin lama daya rasa, cipta dan karsanya telah dadpat mengubah alam
menjadi sesuatu yang berguna, maka alamlah yang dikendalikan oleh manusia.
Kebudayaan merupakan karya manusia
yang mencakup diantaranya filsafat, kesenian, kesusastraan, agama, penafsiran
dan penilaian mengenai lingkungan.
B.
PENDIDIKAN
Dalam pengertian yang sederhana dan
umum makna pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai
dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
Adapun menurut Carter V.Good dalam
Dictinary of Education bahwa pendidikan itu mengandung pengertian:
1. Proses perkembangan
kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam
masyarakatnya
2. Proses sosial dimana
seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (misalnya sekolah)
sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan pribadinya.
Sedangkan menurut konsep yang
dikemukakan oleh Freeman Butt dalam bukunya yang terkenal Cultural History of
Western Education bahwa:
Pendidikan adalah kegiatan menerima
dan memberikan pengetahuan sehingga kebudayaan dapat diteruskan dari generasi
ke generasi berikutnya.
Menurut Hasan Langgulung dalam
bahasanya mengenai pendidikan adalah aktifitas yang dikerjakan oleh pendidikan
dan filsafat-filsafat untuk menjelaskan proses pendidikan, menyelaraskan,
mengkritik dan merubahnya berdasar masalah-masalah kontradiksi budaya.
C.
HUBUNGAN KEBUDAYAAN DENGAN
PENDIDIKAN
Menurut DR. Sahiq Sama'an dalam
al-Syaibany (1979) pendidikan adalah pendidikan yakni kegiatan yang dilakukan
oleh pendidik-pendidik dan filosofis untuk menerangkan, menyelaraskan, mengecam
dan merubah proses pendidikan dengan persoalan-persoalan kebudayaan dan
unsur-unsur yang bertentangan didalamnya.
Dilihat dari
sudut pandang individu, pendidikan merupakan usaha untuk menimbang dan
menghubungkan potensi individu. Adapun dari sudut pandang kemasyarakatan,
pendidikan merupakan usaha pewarisan nilai-nilai budaya dari generasi tua
kepada generasi muda, agar nilai-nilai budaya tersebut tetap terpelihara, tulis
Hasan Langgulung.
Maka sudah
jelas bahwa pendidikan dan kebudayaan sangat erat sekali huibugan karena
keduanya berkesinambungan, keduanya saling mendukung satu sama lainnya.
Dalam konteks
ini dapat dilihat hubungan antara pendidikan dengan tradisi budaya serta
kepribadian suatu masyarakat betapapun sederhananya masyarakat tersebut. Hal
ini dapat dilihat bahwa tradisi sebagai muatan budaya senantiasa terlestarikan
dalam setiap masyarakat, dari generasi ke generasi. Hubungan ini tentunya hanya
akan mungkin terjadi bila para pendukung nilai tersebut dapat menuliskannya
kepada generasi mudanya sebagai generasi penerus.
Transfer
nilai-nilai budaya dimiliki paling efektif adalah melalui proses
pendidikan. Dalam masyarakat modern proses
pendidikan tersebut didasarkan pada program pendidikan secara formal. Oleh
sebab itu dalam penyelenggarannya dibentuk kelembagaan pendidikan formal.
Seperti dikemukakan Hasan
Langgulung bahwa pendidikan mencakup dua kepentingan utama, yaitu pengembangan
potensi individu dan pewarisan nilai-nilai budaya. Maka sudah jelas sekali
bahwa kedua hal tersebut pendidikan dan kebudayaan berkaitan erat dengan
pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa itu masing-masing, kedua hal
tersebut tidak dapat dipisahkan karena saling membutuhkan antara satu sama
lainnya.
Dikatakan dengan pendapat Hasan
Langgulung bahwa pendidikan dalam hubungan dengan individu dan masyarakat, akan
tetapi dapat dilihat bagaimana garis hubung antara pendidikan dan sumber daya
manusia. Dari sudut pandangan individu pendidikan merupakan usaha untuk
mengembangkan potensi individu, sebaliknya dari sudut pandang kemasyarakatan
pendidikan adalah sebagai pewarisan nilai-nilai budaya.
Dalam
pandangan ini, pendidikan mengemban dua tugas utama, yaitu peningkatan potensi
individu dan pelestarian nilai-nilai budaya. Manusia sebagai mahluk berbudaya,
pada hakikatnya adalah pencipta budaya itu sendiri. Budaya itu kemudian
meningkatkan sejalan dengan peningkatan potensi manusia pencipta budaya itu.
D.
PERANAN KEBUDAYAAN DALAM PENDIDIKAN
Pewarisan kebudayaan
dapat dilakukan dengan sarana pendidikan, baik formal, maupun nonformal. Agar
tradisi kebudayaan tetap hidup dan berkembang setiap masyarakat dapat
mewariskannya kepada generasi yang lebih muda melalui pendidikan. Namun dalam
konteks kebudayaan banyak orang mempertanyakan pendidikan kita. Mengapa sistem
pendidikan tidak memperkuat dan mengembangkan budaya sendiri? Mengapa bangsa
kita mudah terpengaruh oleh budaya asing? Mengapa budaya asli kita tidak dapat
menahan intervensi globalisasi yang datang? Apakah pendidikan kita selama ini
sudah dapat dijadikan sebagai sarana pewarisan budaya atau tidak?
Pertanyaan-pertanyaan
ini menggambarkan kegelisahan tentang bagaimana sebenarnya pendidikan berperan.
Pendidikan yang selama ini diharapkan sebagai upaya pembentukan perilaku/proses
pembudayaan dan penanaman nilai-nilai kultur, ternyata belum berhasil membawa
peserta didik untuk mengembangkan sikap dan kebudayaan sendiri, justru mereka
terperangkap dalam kontak budaya (cultural contact) dengan budaya asing yang
belum tentu memiliki nilai yang baik untuk diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat. Oleh karena itu nilai-nilai yang selama ini melekat dalam
masyarakat (kearifan lokal) perlu dikembangkan melalui pendidikan nasional,
karena secara tidak langsung dalam proses pembelajaran (pendidikan) di sekolah
telah terjadi proses pembudayaan kepada peserta didik.
Pendidikan adalah
upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik
potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat
berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita
kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam
keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup
kemanusiaan
Salah satu unsur dari
kebudayaan itu adalah ilmu pengetahuan. Menurut Suriasumantri (1999), ilmu
dapat dipandang sebagai produk, proses dan paradigma etika. Sebagai produk,
ilmu merupakan hasil dari kegiatan sosial yang berusaha memahami alam, manusia
dan perilakunya baik secara individu atau kelompok. Apa yang dihasilkan oleh
ilmu pengetahuan seperti sekarang ini, merupakan hasil penalaran (rasio) secara
objektif. Ilmu sebagai proses, berarti ilmu diperoleh dari hasil metode
keilmuan yang diakui secara umum dan universal sifatnya. Oleh karena itu ilmu
dapat diuji kebenarannya, sehingga tidak mustahil suatu teori yang sudah mapan
dapat ditumbangkan oleh teori lain. Ilmu sebagai paradigma etika, karena ilmu
selain universal, komunal, juga alat meyakinkan sekaligus skeptis, tidak begitu
saja mudah menerima kebenaran (Soelaeman, 2001).
Selain
strategi dan model-model belajar yang sudah kita pelajari bersama, masih
terdapat strategi pembelajaran lain yang baru dan sedang dikembangkan oleh
dunia pendidikan di Indonesia yaitu pembelajaran berbasis budaya.
E. PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA
a. Pengertian Budaya
Pada
kesempatan lain Koentjoroningrat menyebut konsep kebudayaan sebagai sistem ide
yang dimiliki bersama oleh masyarakat pendukungnya meliputi :
1. kepercayaan;
2. pengetahuan;
3. keseluruhan nilai dan norma hubungan
antar individu dalam suatu komunitas yang dihayati, dilakukan, ditaati, dan
dilestarikan;
4. keseluruhan cara mengungkapkan perasaan dengan
bahasa lisan, tulisan, nyanyian, permainan musik, tarian, lukisan atau penggunaan
lambing (Soetarno : 2004)
Salah
satu definisi dari 160 definisi yang dikumpulkan oleh A. Kroeber dan A.
Kluckhohn adalah definisi dari para ahli sosiologi, yaitu mengartikan kebudayaan
sebagai keseluruhan kecakapan-kecakapan (adat, akhlak, kesenian, ilmu, dan
lain-lain) yang dimiliki manusia sebagai subyek masyarakat. Selanjutnya,
dikatakan bahwa kebudayaan terdiri dari pola-pola yang nyata maupun tersembunyi
dari dan untuk perilaku yang diperoleh dan ditransfer dalam bentuk simbol-simbol
yang menjadi hasil karya dari suatu komunitas budaya.
Inti
pokok kebudayaan itu sendiri merupakan gagasan-gagasan tradisional yang
diperoleh dan dipilih secara historis, khususnya nilai-nilai yang relevan.
Sistem kebudayaan dapat dianggap sebagai hasil tindakan dan sebagai unsur yang
mempengaruhi tindakan selanjutnya . Ditinjau dari bentuknya, terdapat dua
bentuk budaya, yaitu budaya subjektif dan budaya objektif. Budaya subjektif
adalah nilai-nlai batin yang terdapat dalam kebenaran, kebajikan, dan
keindahan. Sedangkan budaya ojektif adalah tata lahir yang berbentuk
materialisasi dan institusionalisasi. Berdasarkan fungsionalisme, budaya yang
dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran berbasis budaya meliputi :
I.
Kebudayaan
yang dapat menjaga kelangsungan hidup
II.
Kebudayaan
yang :
ü Bernilai ekonomi,
ü Bernilai kontrol sosial,
ü Bernilai pendidikan, yang bersumber dari
kebudayaan Nusantara (2004).
b. Pembelajaran Berbasis Budaya
Salah
satu strategi belajar mengajar yang baru dan sedang dikembangkan adalah pembelajaran
berbasis budaya. Pembelajaran berbasis budaya merupakan penciptaan lingkungan
belajar dan perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya sebagai
bagian dari proses pembelajaran. Pendekatan ini didasarkan pada pengakuan
terhadap budaya sebagai bagian yang fundamental dalam pendidikan, ekspresi, dan
komunikasi gagasan, serta perkembangan pengetahuan.
Dalam
pembelajaran berbasis budaya, budaya diintegrasikan sebagai alat bagi proses
belajar untuk memotivasi mahasiswa dalam mengaplikasikan pengetahuan, bekerja
secara kooperatif, dan mempersepsikan keterkaitan antara berbagai bidang ilmu.
Sebagai suatu strategi belajar, pembelajaran berbasis budaya mendorong
terjadinya proses imaginative, metaforik, berpikir kreatif, dan juga sadar
budaya. Pembelajaran berbasis budaya menjadikan
proses
belajar sebagai arena eksplorasi bagi mahasiswa maupun dosen dalam mencapai
pemahaman dan mencapai pengertian secara rasional ilmiah dalam bidang ilmu
tertentu. Selain itu juga mewujudkan pengembangan keterampilan sampai tercapai
keahlian, serta mencari strategi untuk mencapai pemahaman dan mengembangkan
keterampilan tersebut.
Pembelajaran
berbasis budaya juga menjadikan budaya sebagai arena bagi peserta didik untuk
mentransformasikan hasil observasi mereka ke dalam bentuk-bentuk dan
prinsip-prinsip yang kreatif tentang alam dan kehidupan. Melalui pendekatan ini
mahasiswa tidak sekedar meniru dan atau menerima saja informasi yang
disampaikan, tetapi sampai menciptakan makna, pemahaman dan arti dari informasi
yang diperolehnya. Proses belajar dalam pembelajaran berbasis budaya befokus
pada strategi agar mahasiswa
1. Dapat melihat keterhubungan antar
konsep/prinsip dalam bidang ilmunya, dengan budaya, dalam beragam konteks yang
baru dan komunitas budayanya.
2. Memperoleh pemahaman terpadu tentang
bidang ilmu dan budaya sebagai landasan berpikir kritis, meyelesaikan beragam
permasalahan dalam konteks komunitas budaya, serta mengambil keputusan.
3. Dapat berpartisipasi aktif, senang, dan
bangga untuk belajar bidang ilmu dan budayanya
4. Dapat menciptakan makna berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman awal yang dimiliki, melalui beragam interaksi aktif
dengan siswa lain dan pengajar
5. Dapat memperoleh pemahaman bahwa ada
kaidah keilmuan dalam kehidupan sehari-hari dalam komunitas budayanya, dan juga
ada budaya dalam konteks bidang ilmunya
6. Dapat memperoleh pemahaman yang
terintegrasi dan keteramilan ilmiah dalam mepersepsikan sesuatu
disekelilingnya.
Dilihat
dari segi tenaga pengajar, pembelajaran berbasis budaya berfokus pada
penciptaan suasana belajar yang dinamis, yang mengakui keberadaan siswa dengan
segala latar belakang, pengalaman, dan pengetahuan awalnya, dan memberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk bebas bertanya, berbuat salah, berekspresi,
dan membuat kesimpulan tentang beragam hal dalam kehidupan. Dalam hal ini,
peran tenaga pengajar menjadi berubah, tidak lagi sebagai satu-satunya pemberi
informasi yang mendominasi kegiatan pembelajaran, tetapi menjadi perancang dan
pemandu proses pembelajaran.
Menurut
Goldberg, tenaga pengajar adalah pembuat mimpi, artinya tenaga pengajar
berperan memotivasi agar mahasiswa memiliki cita-cita, keingintahuan yang
berlangsung terus, dan kreativitas. Dalam pembelajaran berbasis budaya, tenaga
pengajar berfokus untuk :
a. menjadi pemandu mahasiswa, negosiator
makna yang handal, pembimbing mahasiswa dalam bereksplorasi, analisis, dan
pengambilan keputusan
b.menahan diri agar tidak terjadi
otoriter, atau menjadi satu-satunya sumber informasi bagi mahasiswa
c. dapat merancang proses pembelajaran yang
aktif, kreatif, dan menarik, sehingga tidak hanya pembelajaran satu arah
d.
merancang
strategi secara kreatif agar dapat mengetahui beragam kemampuan dan ketrampilan
yang dicapai tiap mahasiswa
e. merancang strategi yang memungkinkan
siswa terbiasa berpikir ilmiah, mengutarakan gagasan, menjelaskan rasional,
mendebat dan berargumentasi, serta menghasilkan karya ilmiah
f. dapat memanfaatkan keunikan pengetahuan
dan pengalaman awal mahasiswa dalam proses pembelajaran (Dikti : 2005)
Dengan
demikian melalui pembelajaran berbasis budaya memungkinkan terjadinya perubahan
budaya pembelajaran, dari pembelajaran yang teacher centered menjadi
pembelajaran yang berfokus pada mahasiswa.
F.
MANFAAT BUDAYA
ü Mengenal perilaku lebih dalam
dirinya sendiri maupun orang lain yang sebelumnya lebih dikenal luarnya saja.
ü Sebagai bekal penting untuk pergaulan
hidup.
ü Perlu bersikap luwes dalam pergaulan
setelah mendalami jiwa dan perasaan manusia serta mau tahu perilaku manusia.
ü Tanggap terhadap hasil budaya manusia
secara lebih mendalam sehingga lebih peka terhadap masalah-masalah pemikiran
perasaan serta perilaku manusia dan ketentuan yang diciptakannya.
ü mampu menghargai budaya yang ada di
sekitarnya dan ikut mengembangkan budaya bangsa serta melestarikan budaya nenek
moyang leluhur kita yang luhur nilainya.
ü sebagai calon pemimpin bangsa serta ahli
dalam disiplin ilmu tidak jatuh kedalam sifat-sifat kedaerahan dan kekotaan
sebagai disiplin ilmu yang kaku.
ü Dapat menciptakan sifat kebudayaan yang
universal dan dinamis
ü Dapat mengenal lebih dalam tentang
budaya yang terdapat di Negara yang kita cintai dengan melihat dari kesenian,
bermacam-macam suku, adat istiadat, bahasa, budaya daerah dan budaya nasional.
ü Mampu menciptakan hubungan yang harmonis
antar manusia dan kelompok.
ü Dapat mengenal lebih jauh tentang
unsure-unsur budaya seperti :
a. Sistem Religi/ Kepercayaan
b. Sistem organisasi kemasyarakatan
c. Ilmu Pengetahuan
d. Bahasa dan kesenian
e. Mata pencaharian hidup
f. Peralatan dan teknologi
Dengan
adanya manfaat tersebut, maka perubahan-perubahan yang ada di
masyarakat dapat di antisipasi dengan baik. Manfaat-manfaat tersebut
pula lah yang menjadikan kebudayaan Indonesia berbeda dengan kebudayaan di
Negara-Negara lain. Dengan adanya budaya, hendaknya pola pikir manusia dalam
bertindak dapat semakin maju dan berkembang, namun dapat juga menyaring hal-hal
negative yang masuk sehingga tidak menjatuhkan nama baik Negara.
Hal ini lah yang paling utama di
jadikan sebagai tujuan mengapa ilmu budaya dasar wajib di pelajari dan di
terapkan, terutama bagi generasi-generasi muda agar tidak salah dalam menyaring
budaya budaya yang masuk di suatu negara.
Ada 5 Manfaat Keberagaman Budaya
1. Promotes nilai-nilai kemanusiaan.
Ketika suatu organisasi memiliki
sekelompok karyawan milik beragam budaya, hal ini menunjukkan bahwa organisasi
mengakui dan merayakan dan memperingati keragaman yang ada pada orang dari
latar belakang yang berbeda. Ini membuat orang-orang organisasi berpikir
bahwa nilai mereka dan kontribusi layak sedang direalisasikan oleh organisasi
dan manajemen.
2. Improves produktivitas dan
profitabilitas.
Terlepas dari nilai-nilai
kemanusiaan, keragaman budaya juga membawa beberapa manfaat nyata kepada bisnis
di seluruh dunia. Persuasi aktif keragaman di tempat kerja langsung
dampak produktivitas dan profitabilitas organisasi serta karyawan. Ada
peningkatan produktivitas pekerjadan profitabilitas bagi organisasi.
3. Helps untuk membuat kolam bakat.
Ketika organisasi berinvestasi
dalam keragaman, hasil dalam penciptaan kolam bakat yang lebih besar. Ini
adalah situasi win-win baik bagi karyawan dan organisasi. Pertukaran karyawan
dan belajar setiap otherâ ¼ positif dan kompetensi. Seperti
kolam bakat menyediakan organisasidengan keunggulan kompetitif, yang membantu
untuk kemajuan dalam lingkungan yang besar dan kompetitif.
4. Exchange ide-ide inovatif.
Ketika sebuah organisasi terdiri
dari orang dengan berbagai latar belakang, budaya dan pengalaman, ide-ide
kreatif dan inovatif baru menopang dalam pikiran orang yang berbeda. Ituwajar
bahwa orang-orang dengan berbagai pengalaman dan perspektif dalam hidup akan
mampumenghasilkan ide-ide unik dan solusi untuk masalah. Ini adalah nilai besar
untuk keduaorganisasi dan karyawan. Pertukaran dinamis seperti yang terjadi
antara orang yang memiliki persepsi yang berbeda menghasilkan hasil yang
kreatif. Situasi seperti ini pernah dibuat dalamkelompok orang yang berpikir sama
dan milik budaya serupa.
5. Other manfaat keanekaragaman.
Banyak studi yang berkaitan dengan
perilaku organisasi menyimpulkan bahwa mempromosikankeragaman budaya mengurangi
tingkat ketidakhadiran, perputaran karyawan yang lebih rendah,mengurangi biaya
yang berkaitan dengan perekrutan karyawan baru dan mengurangi tanggung jawab
hukum dalam gugatan diskriminasi. Dalam dunia persaingan, di mana keragaman
budaya memiliki begitu banyak manfaat.
BAB III
KESIMPULAN
Tuntutan
masyarakat terhadap efisiensi, produktivitas, efektivitas mutu, dan kegunaan
hasil dalam penyelenggaraan proses pembelajaran di perguruan tinggi merupakan
hal yang menjadi keharusan. Namun dalam pelaksanaan perkuliahan di kelas
ternyata dihadapkan pada masalah yang menghambat keberhasilan proses
pembelajaran tersebut. Masalah yang terjadi dan sangat merisaukan dosen adalah
rendahnya partisipasi mahasiswa dalam proses kegiatan belajar mengajar di
kelas.
Dalam
perkuliahan yang berlangsung selama ini, para mahasiswa cenderung hanya duduk,
diam, dan sekedar mendengarkan tanpa memberikan respon yang relevan dengan
materi kuliah. Selama perkuliahan berlangsung tidak pernah muncul pertanyaan
ataupun gagasan yang berkaitan dengan materi kuliah. Kecenderungan ini menjadi
kendala bagi dosen pengajar karena menyebabkan ketercapaian penguasaaan materi
kuliah oleh mahasiswa sangat rendah.
Fenomena
rendahnya partisipasi mahasiswa dalam perkuliahan perlu mendapat perhatian,
selanjutnya dicari penyebabnya, dan segera diatasi. Upaya peningkatan
partisipasi mahasiswa dalam perkuliahan merupakan hal yang penting untuk
dilakukan, karena terkait erat dengan keberhasilan pendidikan di perguruan tinggi.
Motivasi
belajar perlu mendapatkan perhatian khusus, karena rendahnya motivasi belajar
diperkirakan merupakan penyebab utama rendahnya partisipasi mahasiswa dalam
perkuliahan. Untuk menumbuhkan motivasi belajar mahasiswa maka pembelajaran
harus dirancang secara kreatif, yang memungkinkan terjadinya interaksi dan
negosiasi untuk penciptaan arti dan konstruksi makna dalam diri mahasiswa dan
tenaga pengajar, sehingga dicapai pembelajaran yang bermakna.
Pembelajaran
berbasis budaya sebagai salah satu pendekatan pembelajaran alternatif, yaitu
mengaitkan materi kuliah dengan konsep yang berasal dari budaya lokal di mana
mahasiswa berada. Melalui pengembangan konsep budaya lokal dalam proses
pembelajaran, maka perkuliahan akan lebih mudah dipahami dan diterima
mahasiswa. Dengan kata lain, salah satu cara meningkatkan partisipasi mahasiswa
dalam perkuliahan adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis
budaya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,
H. Filsafat Pendidikan. Kota Kembang, Yogjakarta.1990
Bogdan,
R.C & Biklen, S.K. 1992. Qualitative Research in Education: An introduction
to theory and Methods. Second Edition. Allyn and Bacon.
Boston
Gering Supriyadi, 2003, Budaya Kerja Pegawai Negeri Sipil, Lembaga Administrasi
Negara, Jakarta.
Kemmis,
Stephen & Mc. Taggart, Robin. 1998. The Action Research Planner. Deaken
University. Victoria.
M.
Zainudin dan Susy Puspitasari, 2005, Strategi Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi,
Edisi Revisi, PAU-PPAI Universitas Terbuka, Jakarta
Miles,
M. B. & Huberman, A. M. 1992. Analisis Data Kualitatif . Terjemahan oleh Cecep
Rohendi, Rohidi. 1992. Penerbit Unuiversitas Indonesia. Jakarta.
Moleong,
Lexy. 1998. Metode Penelitian Kualiatif. Remaja Rosda karya. Bandung.
Paulina
Pannen, 2005, Pembelajaran Orang Dewasa, Edisi Revisi, PAU-PPAI Universitas
Terbuka, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar