Perencanaan adalah
suatu proses penyiapan seperangkat keputusan untuk dilaksanakan pada waktu yang
akan datang dalam rangka mencapai sasaran tertentu.
Perencanaan sistem PAI adalah
merencanakan dan menetapkan tujuan , bahan, langkah-langkah pelaksanaan serta
evaluasi pendidikan agama islam di
sekolah.
Perencanaan pembelajaran adalah proses penerjemahan kurikulum menjadi program-program pembelajaran
yang kemudian dijadikan pedoman oleh guru.
Ruang lingkup kegiatan perencanaan
1.
perencanaan dari dimensi waktu 1. jangka
panjang 2 jangka menengah 3. jangka
pendek
2.
perencanaan dari dimensi spasial 1. nasional 2. regional 3. tata
ruang dan tata tanah
3.
perencanaan dari dimensi tingkatan teknis perencanaan 1. Makro 2. mikro 3. Sektoral 4. kawasan 5. proyek
4.
perencanaan dimensi jenis 1.dari
atas ke bawah 2. dari bawah ke atas 3. Diagonal 4. mendatar
Urutan langkah perencanaan
1.
menentukan
dan merumuskan tujuan 2. meneliti masalah 3. mengumpulkan data dan informasi 4.menentukan
tahap dan rangkaian tindakan 5.merumuskan masalah yang akan dipecahkan
Urgensi perencananaan
1.
pemilihan
berbagai alternatif terbaik 2.mengehemat pemanfaatan sumber daya 3.memudahkan
dalam berkoordinasi dengan pihak terkait 4. meminimalkan pekerjaan yang tidak
pasti
Manfaat perencanaan
1.
menjelaskan
dan merinci tujuan yang akan dicapai 2.memberi batas wewenang dan tanggung
jawab 3. memberikan pegangan dalam menetapkan kegiatan-kegiatan 4. menghindari
pemborosan
Komponen RPP
1.
identitas
mata pelajaran 2. standar kompetensi 3.kompetensi dasar 4.indikator pencapaian
kompetensi 5. tujuan pembelajaran 6. materi ajar 7.alokasi waktu 8.metode
pembelajaran 9.kegiatan pembelajaran 10.sumber
belajar
Prinsip-prinsip penyusunan RPP
1.
memperhatikan
perbedaan individu peserta didik
2.
mendorong
partisipasi aktif peserta didik
3.
mengembangkan
budaya membaca dan menulis
4.
memberikan
umpan balik dan tindak lanjut
5.
keterkaitan
dan keterpaduan
6.
menerapakan
TIK
Mengapa kurikulum perlu diterjemahkan
1.
kurikulum
yang disusun oleh para pengembang pada dasarnya hanya berupa rambu-rambu secara
umum
2.
dalam
KTSP hanya berisi SKL dan standar
isiyang terdiri atas KD sdan KD
3.
kurikulum
merupakan dokumen yang harus dikembangkan pada program perencanaan dan
diimplementasikan dalam kegiatan yang lebih praktis
Program yang harus dipersiapkan guru sebagai proses
penerjemahan kurikulum
1.
menyusun
program alokasi waktu dan kalender akademik
2.
program
tahunan
3.
program
semester
4.
silabus
5.
program
harian atau RPP
Siabus adalah
rencana pembelajaran pada suatu atau kelompok mata pelajaran yang mencakup SK,
KD, materi/pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian
kompetensi.
RPP adalah
programperencanaan yang disusun sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk
setiap kegiatan proses pembelajaran
Remedial,
adalah suatu bentuk
pengajaran yang bersifat penyembuhan atau bersifat perbaikan. Pengajaran
remedial merupakan bentuk kasus pengajaran, yang bermaksud membuat baik atau
menyembuhkan
ciri-ciri pengajaran remedial dapat dijelaskan
sebagai berikut:
- Pengajaran
remedial dilaksanakan setelah diketahui kesulitan belajarnya dan kemudian
diberikan pelayanan khusus sesuai dengan sifat, jenis dan latar
belakangnya.
- Dalam
pengajaran remedial tujuan instruksional disesuaikan dengan kesulitan
belajar yang dihadapi murid.
- Metode
yang digunakan pada pengajaran remedial bersifat diferensial
- Alat-alat
yang dipergunakan dalam pengajaran remedial lebih bervariasi dan mungkin
murid tertentu lebih memerlukan alat khusus tertentu
- Pengajaran
remedial dilaksanakan melalui kerjasama dengan pihak lain.
- Pengajaran remedial menuntut pendekatan
dan teknik yang lebih diferensial, maksudnya lebih disesuaikan dengan
keadaan masing-masing pribadi murid yang dibantu..
- Dalam pengajaran
remedial, alat evalusi yang dipergunakan disesuaikan dengan kesulitan
belajar yang dihadapi murid.
Strategi dan
Teknik Remedial
Beberapa teknik dan strategi yang dipergunakan dalam pelaksanaan pembelajaran remedial antara lain, (1) pemberian
tugas/pembelajaran individu (2) diskusi/tanya jawab (3) kerja kelompok (4)
tutor sebaya (5) menggunakan sumber lain
pengayaan
dapat diartikan sebagai pengalaman atau kegiatan peserta didik yang melampaui
persyaratan minimal yang ditentukan oleh kurikulum dan tidak semua peserta
didik dapat melakukannya.
Ada tiga jenis pembelajaran pengayaan, yaitu:
1. Kegiatan eksploratori yang bersifat umum yang
dirancang untuk disajikan kepada peserta didik. Sajian dimaksud berupa
peristiwa sejarah, buku, tokoh masyarakat, dsb, yang secara regular tidak
tercakup dalam kurikulum.
2. Keterampilan proses yang diperlukan oleh peserta
didik agar berhasil dalam melakukan pendalaman dan investigasi terhadap topik
yang diminati dalam bentuk pembelajaran mandiri.
3. Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta
didik yang memiliki kemampuan belajar lebih tinggi berupa pemecahan masalah
nyata dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah atau pendekatan
investigatif/ penelitian ilmiah.
Pelaksanaan
Pembelajaran Pengayaan
1.Identifikasi Kelebihan Kemampuan Belajar
2. Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan
1. Belajar
Kelompok
2. Belajar
mandiri
3. Pembelajaran
berbasis tema
4. Pemadatan
kurikulum
REMEDIAL DAN PENGAYAAN
Ditinjau dari arti
kata, “remedial” berarti “sesuatu yang berhubungan dengan perbaikan”. Dengan
demikian pengajaran remedial, adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat
penyembuhan atau bersifat perbaikan. Pengajaran remedial merupakan bentuk kasus
pengajaran, yang bermaksud membuat baik atau menyembuhkan.
Sebagaimana pengertian
pada umumnya proses pengajaran bertujuan agar murid dapat mencapai hasil
belajar yang optimal, jika ternyata hasil belajar yang dicapai tidak memuaskan berarti
murid masih dianggap belum mencapai hasil belajar yang diharapkan sehingga
diperlukan suatu proses pengajaran yang dapat membantu murid agar tercapai
hasil belajar seperti yang diharapkan.
Proses pengajaran
remedial ini sifatnya lebih khusus karena disesuaikan dengan karakteristik
kesulitan belajar yang dihadapi murid. Proses bantuan lebih ditekankan pada
usaha perbaikan cara mengajar, menyesuaikan materi pelajaran, arah belajar dan
menyembuhkan hambatan-hambatan yang dihadapi. Jadi dalam pengajaran remedial
yang diperbaiki atau yang disembuhkan adalah keseluruhan proses belajar
mengajar yang meliputi metode mengajar, materi pelajaran, cara belajar, alat
belajar dan lingkunagn turut mempengaruhi proses belajar mengajar. Melalui
pengajaran remedial, murid yang mengalami kesulitan belajar dapat diperbaiki
atau disembuhkan sehingga dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan
kemampuan. Kesulitan belajar yang dihadapi murid mungkin beberapa mata
pelajaran atau satu mata pelajaran atau satu kemampuan khusus dari mata
pelajaran tertentu. Penyembuhan ini mungkin mencakup sebagian aspek kepribadian
atau sebagian kecil saja.
Demikian pula proses
penyembuhan, ada yang dalam jangka waktu lama atau dalam waktu singkat. Hal ini
tergantung pada sifat, jenis dan latar belakang kesulitan belajar yang dihadapi
murid. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengajaran
remedial sebagai bentuk khusus pengajaran yang bertujuan untuk memperbaiki
sebagian atau seluruh kesulitan belajar yang dihadapi oleh murid. Perbaikan
diarahkan untuk mencapai hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuan
masing-masing melalui perbaikan keseluruhan proses belajar mengajar dan
keseluruhan kepribadian murid.
Adapun ciri-ciri pengajaran remedial dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Pengajaran remedial dilaksanakan setelah diketahui kesulitan belajarnya dan kemudian diberikan
pelayanan khusus sesuai dengan sifat, jenis dan latar belakangnya.
- Dalam pengajaran remedial tujuan instruksional disesuaikan dengan
kesulitan belajar yang dihadapi murid.
- Metode yang digunakan pada pengajaran remedial bersifat
diferensial, artinya disesuaikan dengan sifat, jenis dan latar belakang
kesulitan belajarnya.
- Alat-alat yang dipergunakan dalam pengajaran remedial lebih
bervariasi dan mungkin murid tertentu lebih memerlukan alat khusus
tertentu. Misalnya: penggunaan tes diagnostic, sosiometri dan alat-alat
laboratorium.
- Pengajaran remedial dilaksanakan melalui kerjasama dengan pihak
lain. Misalnya: pembimbing, ahli dan lain sebaginya.
- Pengajaran remedial menuntut pendekatan dan teknik yang lebih
diferensial, maksudnya lebih disesuaikan dengan keadaan masing-masing
pribadi murid yang dibantu. Misalnya: pendekatan individualisme.
- Dalam pengajaran remedial, alat evalusi yang dipergunakan
disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dihadapi murid.
Pembelajaran remedial
merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk
memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang
ditetapkan. Pembelajaran remedial merupakan pemberian perlakuan khusus terhadap
peserta didik yang mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya. Hambatan yang
terjadi dapat berupa kurangnya pengetahuan dan keterampilan prasyarat atau
lambat dalam mecapai kompetensi. Beberapa prinsip yang
perlu diperhatikan dalam pembelajaran remedial sesuai dengan sifatnya sebagai
pelayanan khusus antara lain:
1. Adaptif
Setiap peserta didik
memiliki keunikan sendiri-sendiri. Oleh karena itu program pembelajaran
remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai dengan
kecepatan, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing. Dengan kata lain,
pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual peserta didik.
2. Interaktif
Pembelajaran remedial
hendaknya memungkinkan peserta didik untuk secara intensif berinteraksi dengan
pendidik dan sumber belajar yang tersedia. Hal ini didasarkan atas pertimbangan
bahwa kegiatan belajar peserta didik yang bersifat perbaikan perlu selalu
mendapatkan monitoring dan pengawasan agar diketahui kemajuan belajarnya. Jika
dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan segera diberikan
bantuan.
3. Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran
dan Penilaian
Sejalan dengan sifat
keunikan dan kesulitan belajar peserta didik yang berbeda-beda, maka dalam
pembelajaran remedial perlu digunakan berbagai metode mengajar dan metode
penilaian yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
4. Pemberian Umpan Balik Sesegera Mungkin
Umpan balik berupa
informasi yang diberikan kepada peserta didik mengenai kemajuan belajarnya
perlu diberikan sesegera mungkin. Umpan balik dapat bersifat korektif maupun
konfirmatif. Dengan sesegera mungkin memberikan umpan balik dapat dihindari
kekeliruan belajar yang berlarut-larut yang dialami peserta didik.
5. Kesinambungan dan Ketersediaan dalam Pemberian
Pelayanan
Program pembelajaran
reguler dengan pembelajaran remedial merupakan satu kesatuan, dengan demikian
program pembelajaran reguler dengan remedial harus berkesinambungan dan
programnya selalu tersedia agar setiap saat peserta didik dapat mengaksesnya
sesuai dengan kesempatan masing-masing.
FUNGSI PENGAJARAN
REMEDIAL
Secara umum, pengajaran
remedial bertujuan membantu siswa mencapai mencapai hasil belajar sesuai dengan
tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Secara khusus, pengajaran
remedial bertujuan membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar agar
mencapai prestasi yang diharapkan melalui proses penyembuhan dalam aspek
kepribadian atau dalam proses belajar mengajar.
Pengajaran remedial mempunyai fungsi yang penting dalam proses pembelajaran.
Beberapa fungsi pengajaran tersebut bila dirinci adalah sebagai berikut:
- fungsi korektif,
artinya melalui pengajaran remedial dapat diadakan perbaikan terhadap
sesuatu yang dipandang masih belum mencapai apa yang diharapkan dalam keseluruhan
proses pembelajaran. Hal-hal yang diperbaiki dan dibetulkan melalui
pengajaran remedial antara lain: perumusan tujuan, penggunaan metode
mengajar, cara-cara belajar, materi dan alat pengajaran, materi dan alat
pengajaran, evaluasi dan segi-segi pribadi murid.
- Fungsi pemahaman,
artinya pengajaran remedial dapat membantu murid untuk lebih menyesuaikan
dirinya terhadap tuntutan kegiatan belajar. Murid dapat belajar sesuai
dengan keadaan dan kemampuan pribadinya sehingga mempunyai peluang yang
lebih besar untuk memperoleh prestasi belajar yang lebih baik.
- Fungsi pengayaan,
artinya bahwa materi pengajaran remedial dapat memperkaya varian/jenis
metode pengajaran. Materi yang disampaikan dalam pengajaran dalam
pengajaran tidak menggunakan metode pembelajaran yang digunakan dalam
pengajaran reguler, metode pembelajaran yang digunakan dalam pengajaran
remedial lebih mengacu pada materi yang telah lalu yang sulit dipahami,
sehingga pengajaran lebih bersifat pengayaan.
- Fungsi akselerasi,
artinya pengajaran remedial dapat membantu mempercepat proses
pembelajaran, karena pengajaran remedial memberi pengajaran khusus yang
memudahkan penangkapan materi oleh siswa-siswi yang mengalami kesulitan
belajar untuk mengerti dan menguasai materi sesuai dengan tujuan instruksional
dan kurikuler sesuai waktu yang telah ditentukan dalam kurikulum.
- Fungsi terauputik,
artinya secara langsungh maupun tidak langsung menyembuhkan atau
memperbaiki kondisi-kondisi kepribadian murid yang diperkirakan menunjukan
ada penyimpangan (bimbingan dan konseling).
PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN REMEDIAL
Pembelajaran remedial
pada hakikatnya adalah pemberian bantuan bagi peserta didik yang mengalami
kesulitan atau kelambatan belajar. Sehubungan dengan itu, langkah-langkah yang
perlu dikerjakan dalam pemberian pembelajaran remedial meliputi dua langkah
pokok, yaitu pertama mendiagnosis kesulitan belajar, dan kedua memberikan
perlakuan (treatment) pembelajaran remedial.
1. Diagnosis Kesulitan
Belajar
a. Tujuan
Diagnosis kesulitan
belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar peserta didik.
Kesulitan belajar dapat dibedakan menjadi kesulitan ringan, sedang dan berat.
- Kesulitan belajar ringan biasanya dijumpai pada peserta didik yang
kurang perhatian di saat mengikuti pembelajaran.
- Kesulitan belajar sedang dijumpai pada peserta didik yang mengalami
gangguan belajar yang berasal dari luar diri peserta didik, misalnya
faktor keluarga, lingkungan tempat tinggal, pergaulan, dsb.
- Kesulitan belajar berat dijumpai pada peserta didik yang mengalami
ketunaan pada diri mereka, misalnya tuna rungu, tuna netra¸tuna daksa,
dsb.
b. Teknik
Teknik yang dapat
digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar antara lain: tes prasyarat
(prasyarat pengetahuan, prasyarat keterampilan), tes diagnostik, wawancara, pengamatan,
dsb.
- Tes prasyarat adalah tes yang digunakan untuk mengetahui apakah
prasyarat yang diperlukan untuk mencapai penguasaan kompetensi tertentu
terpenuhi atau belum. Prasyarat ini meliputi prasyarat pengetahuan dan
prasyarat keterampilan.
- Tes diagnostik digunakan untuk mengetahui kesulitan peserta didik
dalam menguasai kompetensi tertentu. Misalnya dalam mempelajari operasi
bilangan, apakah peserta didik mengalami kesulitan pada kompetensi
penambahan, pengurangan, pembagian, atau perkalian.
- Wawancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan
peserta didik untuk menggali lebih dalam mengenai kesulitan belajar yang
dijumpai peserta didik.
- Pengamatan (observasi) dilakukan dengan jalan melihat secara cermat
perilaku belajar peserta didik. Dari pengamatan tersebut diharapkan dapat
diketahui jenis maupun penyebab kesulitan belajar peserta didik.
2. Bentuk Pelaksanaan
Pembelajaran Remedial
Setelah diketahui
kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, langkah berikutnya adalah
memberikan perlakuan berupa pembelajaran remedial. Bentuk-bentuk pelaksanaan
pembelajaran remedial antara lain:
- Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda.
Pembelajaran ulang dapat disampaikan dengan cara penyederhanaan materi,
variasi cara penyajian, penyederhanaan tes/pertanyaan. Pembelajaran ulang
dilakukan bilamana sebagian besar atau semua peserta didik belum mencapai
ketuntasan belajar atau mengalami kesulitan belajar. Pendidik perlu
memberikan penjelasan kembali dengan menggunakan metode dan/atau media
yang lebih tepat.
- Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan.
Dalam hal pembelajaran klasikal peserta didik mengalami kesulitan, perlu
dipilih alternatif tindak lanjut berupa pemberian bimbingan secara
individual. Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi peran
pendidik sebagai tutor. Sistem tutorial dilaksanakan bilamana terdapat
satu atau beberapa peserta didik yang belum berhasil mencapai ketuntasan.
- Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka menerapkan
prinsip pengulangan, tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar peserta
didik tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes akhir. Peserta didik
perlu diberi latihan intensif (drill) untuk membantu menguasai
kompetensi yang ditetapkan.
- Pemanfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas yang
memiliki kecepatan belajar lebih. Mereka perlu dimanfaatkan untuk
memberikan tutorial kepada rekannya yang mengalami kelambatan belajar.
Dengan teman sebaya diharapkan peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar akan lebih terbuka dan akrab.
3. Waktu Pelaksanaan Pembelajaran Remedial
Terdapat beberapa
alternatif berkenaan dengan waktu atau kapan pembelajaran remedial
dilaksanakan. Pertanyaan yang timbul, apakah pembelajaran remedial diberikan
pada setiap akhir ulangan harian, mingguan, akhir bulan, tengah semester, atau
akhir semester. Ataukah pembelajaran remedial itu diberikan setelah peserta
didik mempelajari SK atau KD tertentu? Pembelajaran remedial dapat diberikan
setelah peserta didik mempelajari KD tertentu. Namun karena dalam setiap SK
terdapat beberapa KD, maka terlalu sulit bagi pendidik untuk melaksanakan
pembelajaran remedial setiap selesai mempelajari KD tertentu. Mengingat
indikator keberhasilan belajar peserta didik adalah tingkat ketuntasan dalam
mencapai SK yang terdiri dari beberapa KD, maka pembelajaran remedial dapat
juga diberikan setelah peserta didik menempuh tes SK yang terdiri dari beberapa
KD. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa SK merupakan satu kebulatan
kemampuan yang terdiri dari beberapa KD. Mereka yang belum mencapai penguasaan
SK tertentu perlu mengikuti program pembelajaran remedial.
Hasil belajar yang menunjukkan tingkat pencapaian
kompetensi melalui penilaian diperoleh dari penilaian proses dan penilaian hasil.
Penilaian proses diperoleh melalui postes, tes kinerja, observasi dan
lain-lain. Sedangkan penilaian hasil diperoleh melaluiulangan
harian, ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester.
Pendekatan Pengajaran Remidi
Pada garis besarnya ada
2 macam pendekatan yang dapat ditempuh (Ross & Stanley), yaitu pendekatan
kuratif dan preventif. Sedangkan Dinkmeyer & Caldwell menambahkan satu lagi
yaitu yang bersifat pengembangan.
1. Pendekatan yang Bersifat Kuratif
Tindakan pengajaran
dikatakan bersifat kuratif bilamana diberikan setelah selesainya program PBM.
Utama diselenggarakan. Tindakan tersebut dilakukan setelah melihat kenyataan
bahwa adan seseorang atau sebagian siswa bahkan sebagian besar siswa yang
dipandang tidak mampu untuk menyelesaikan program PBM yang bersangkutan secara
sempurna sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Program tersebut dapat
dilihat setiap kali pertemanan, setiap satuan unit pelajaran, atau satuan waktu
(mingguan, bulanan bahkan triwulan atau semesteran). Dengan ciri-ciri yang
telah dikemukakan di depan, yaitu antara lain prestasi di bawah rata-rata
kelas, bahkan siswa yang mempunyai prestasi tinggi di atas rata-rata juga perlu
mendapatkan perhatian dengan memberikan tambahan pelajaran ekstra. Sebab selain
untuk meningkatkan prestasi secara optimal, juga untuk menyalurkan kepada
kesibukan. Karena siswa ini lebih cepat menyelesaikan tugas dibandingkan dari
temannya. Selama menanti teman-teman lain yang sedang bekerja atau
menyelesaikan tugas berikan tambahan, kalau tidak dia mungkin sekali akan
mengganggu teman yang bekerja, atau berkeliaran. Yang jelas prestasi atau
kemampuan yang dimiliki lebih tersebut akan ditingkatkan secara maksimal.
Justru di kelas-kelas anak yang demikian kurang mendapatkan perhatian guru
kelas / bidang studi. Untuk dapat mencapai sasaran tersebut beberapa tehnik
yang dipergunakan dengan pendekatan : pengulangan (repotition), pengayaan
(enrichment), dan pengukuhan (Re inforcement) serta pencepatan (acceleration).
Pelaksanaannya
- Pengulangan (Repetition)
Pelaksanaannya dapat dilakukan pada tiap akhir jam pelajaran, tiap akhir
unit (satuan) pelajaran tertentu, maupuan setiap akhir pokok bahasan. Sasaran
dapat diberikan kepada perorangan (individual maupun kelompok, tergantung
kepada kebutuhan. Sedangkan waktu penyampaiannya dapat diberikan sesudah
pelajaran selesai maupun di luar jam pelajaran. Misalnya pada sore hari. Sering
kita lihat ada sementara guru yang memberikan pelajaran tambahan/ulangan pada
waktu sore hari pada murid tertentu. Cara lain yang dapat diberikan melalui
“kelas remedial” yaitu khusus bagis siwa yang memerlukan bantuan tersendiri
lantaran rendah prestasi. Siswa lainnya melaukan proses belajar secara biasa.
b. Pengayaan dan Pengukuhan (Enrichment dan
Reinforcement)
Sasarannya ditujukan
kepada siswa yang mempunyai kelemahan ringan atau bahkan siswa yang mempunyai
kemampuan tingi. Materi yang diberikan yaitu yang masih ada kaitannya
(ekuivalen). Dengan materi pokok atau dapat juga merupakan tambahan
(suplementer) sehingga akan memperoleh cakrawala yang lebih luas dari materi
tersebut. Dengan demikian bagi siwa yang berkemampuan lebih mempunyai kesibukan
yang bersifat positif. Baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya, sedang
kemampuannya dapat ditingkatkan secara optimal.
Pelaksanaannya dapat dengan memberikan
tugas-tugas (take home) bakat siswa yang lemah dengan dikerjakan di rumah atau
tambahan pada saat temannya yang lain sedang mengikuti pelajaran utama, mereka
yang berkemampuan lebih mendapat tugas tambahan. Setelah selesai tugas tersebut sebaiknya diperiksa oleh guru.
c. Percepatan (acceeleration, akselerasi)
Cara lain yang dapat
diberikan kepada siswa berbakat tetapi menunjukkan kesulitan emosional dapat
dengan memberikan promosi penuh atau maju berkelanjutan (continues progres).
Pelaksanaannya dapat diberikan pelajaran untuk tingkat yang lebih tinggi /
semester di atasnya. Dahulu pernah kita dengan ada siswa yang naik kelas
sebelum waktu setahun, sedangkan siswa lain naiknya setiap akhir tahun.
Begitupun pada perguruan Tinggi yang telah menerapkan SKS murni dapat memberi
kesempatan pada siswa untuk mengambil kredit lebih banyak sehingga mungkin
dapat menyelesaikan program lebih cepat. Sayangnya sistim di sekolah lanjutan
hal tersebut masih jarang. kalau ketiga cara pendekatan tersebut dapat
dipergunakan secara baik. Oleh guru, maka kesulitan yang dihadapi para siswa
secara kuratif dapat diatasi hasil karya tambahan tersebut perlu dibukukan
dalam kemajuan akademik siswa sehingga dapat merupakan bahan masukan untuk
menentukan prestasi akademiknya. Hal ini akan merupakan tambahan motivasi bagi
siswa tersebut.
2. Pendekatan Bersifat Preventif
Pada pendekatan kuratif ditujukan pada siswa
yang secara nyata telah mempunyai kesulitan tertentu, sedangkan pada pendekatan
preventif ditujukan kepada siswa yang diperkirakan mempunyai kesulitan
berdasarkan informasi yang diperoleh. Sehingga langkah ini
merupakan antisipasi atau pencegahan agar apa yang mungkin terjadi dapat
dicegah. Sehingga pendekatan tersebut disebut juga sebagai pencegahan. Siswa
yang digolongkan dalam usaha tersebut adalah mereka yang diperkirakan dapat
menyelesaikan program belajar lebih cepat dari waktu yang direncanakan, atau
mereka yang diperkirakan akan lebih lambat dari waktu yang telah diprogramkan.
Pelaksanaannya dapat dilakukan secara kelompok maupun secara individual
tergantung pada siswanya.
3. Pendekatan
Pengajaran Remidi bersifat Pengembangan (Developmental)
Seperti yang
dikemukakan oleh dinkmeyer dan Caldwell ada satu pendekatan lainnya yaitu
pengembangan. (Developmental). Pada dasarnya pendekatan kuratif diberikan
sesudah berlangsungnya proses belajar pendekatan preventif dilakukan sebagai
tindak lanjut dari perkiraan sebelum terjadinya kesulitan belajar, maka pada
pengembangan merupakan tindak lanjut yang dilakukan selama proses belajar
berlangsung (during teaching diagnostik). Tujuan utamanya adalah agar siswa
dapat segera mengatasi hambatan atau kesulitan yang mungkin akan dialaminya.
Pelaksanaannya dapat diberikan berupa pemberial self instructional audio,
modul, tutorial dan sebagainya.
Strategi dan Teknik
Remedial
Beberapa teknik dan strategi yang
dipergunakan dalam pelaksanaan pembelajaran remedial antara lain, (1) pemberian
tugas/pembelajaran individu (2) diskusi/tanya jawab (3) kerja kelompok (4) tutor
sebaya (5) menggunakan sumber lain. (Ditjen Dikti, 1984; 83).
- Pemberian Tugas
Dalam pemberian tugas
dapat dilakukan dengan berbagai jenis antara lain dengan pemberian rangkuman
baik dilakukan secara individual maupun secara kelompok, pemberian advance
organizer dan yang sejenis.
Belajar dengan rangkuman lebih efektif daripada
tanpa rangkuman (Spurlin, Denserau, and Brooks, 1980), mereka juga menyimpulkan
bahwa rangkuman yang memusatkan pada organizing content lebih efektif daripada
rangkuman yang memusatkan pada isi yang lebih rinci. Eksperimen yang dilakukan Reder dan Anderson (1980), menyimpulkan bahwa
membaca rangkuman teks lebih efektif daripada membaca teksnya saja. Ditemukan
juga bahwa transfer belajar menjadi lebih baik, apabila rangkuman teks
dipelajari lebih dahulu baru kemudian mempelajari teksnya yang asli. Dengan
demikian rangkuman lebih unggul meskipun ide-ide pokok yang terdapat dalam
teksnya yang lebih asli telah diberi garis bawah.
Ross dan Divesta
(1976), mengemukakan bahwa peserta didik yang belajar dengan membuat rangkuman
tentang apa yang telah dibaca, memperlihatkan unjuk kerja yang lebih baik dalam
tes mengingat isi teks daripada mereka yang membaca teks yang berulang-ulang
tanpa membuat rangkuman. Merrill dan Stolurow (1966), menyimpulkan bahwa
pemberian rangkuman yang ditata secara hirarkhis sebelum penyajian keselurhan
isi, menyebabkan peserta didik belajar konsep lebih cepat dan transfer yang
lebih baik. Hasil penelitian Grotelueschen dan Sorgren (1968), mendukung temuan
Merrill dan Stolurow (1966), disimpulkan bahwa peserta didik yang sebelum
belajar, membaca rangkuman yang berisi prinsip-prinsip dasar dari semua prinsip
yang akan dipelajari memperlihatkan hasil belajar dan transfer yang lebih baik,
jika dibandingkan dengan peserta didik yang langsung membaca keseluruhan. Di
sisi lain advance organizer atau kerangka isi pada tingkat abstrak, dimaksudkan
untuk menyediakan kerangka konseptual yang dapat dipergunakan oleh peserta
didik untuk memperoleh kejelasan lebih dahulu mengenai apa yang akan dipelajari
kemudian. Ausubel (1963) mengungkapkan bahwa advance organizer dapat dipakai
untuk memudahkan belajar bahan bahan tertulis. Tujuan advance organizer menurut
Ausubel adalah untuk mengaitkan bahan bermakna yang akan dipelajari dengan
struktur yang dimiliki peserta didik. Barnes dan Claswson (1975) mengkaji
sejumlah penelitian tentang advance organizer, dari 32 penelitian yang
dikajinya, 12 diantaranya memperlihatkan bahwa advance organizer secara
signifikan memudahkan belajar peserta didik. Sedangkan 20 diantaranya
menunjukkan perbedaan yang amat kecil (tidak signifikan). Hartley dan
Davis (1976) merangkum hasil kajiannya mengenai variabel advance organizer
sebagai berikut: (1) Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa advance
organizer memudahkan belajar, dan sekaligus meningkatkan retensi. Ada 10
penelitian yang memperlihatkan yang sejenis. (2) Penelitian lain menunjukkan
bahwa pengaruh advance organizer terhadap hasil belajar dan retensi tidak
signifikan, sedangkan 15 penelitian yang termasuk kelompok ini menyatakan
siginifikan pengaruhnya terhadap hasil belajar dan retensi. (3) Beberapa
peserta didik cenderung mendapatkan keuntungan lebih banyak dari penggunaan
advance organizer daripada peserta didik lainnya. Peserta didik yang memiliki
kecerdasan di atas rerata lebih diuntungkan oleh adanya advance organizer, ada
7 penelitian yang menunjukkan hal ini. (4) Organizer ekspositorik amat
bermanfaat pada anak-anak yang memiliki kemampuan verbal dan kemampuan analitik
yang rendah, ada 2 penelitian yang menunjukkan hal ini. (5) Terdapat 10
penelitian menemukan advance organizer yang diberikan setelah pembelajaran
kadang-kadang lebih dapat memudahkan belajar peserta didik daripada organizer
yang diberikan sebelum pembelajaran. Namun ada 2 temuan penelitian yang tidak
menunjukkan arah yang pasti mengenai hal ini.
- Melakukan aktivitas fisik, misal demosntrasi, atau praktek dan
diskusi
Ada konsep-konseps yang lebih mudah dipahami
lewat aktivitas fisik, missal contoh, memahai bahwa volume fluida tidak beuabah
kalau berada di dalam wadah yang berbeda bentuknya. Anda sebaiknya menggunakan
berbagai media dan alat pembelajaran sehingga dapat mengkonkritkan konsep yang
dipelajarinya, selain itu hendaknya Anda banyak memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengunakan media terebut, karena siswa pada umumnya perkemangan berpikir
mereka berada pada tingkat operasional konkrit. Mereka akan dapat mencerna dengan baik konsep yang divisualisasikan atau
dikonkritkan.
- Kegiatan Kelompok
Diskusi kelompok dapat
digunakan guru untuk membantu siswa yang mengalamikesulitan belajar. Yang perlu
diperhatikan guru dalam menetapkan kelompok dalam kegiatan remedial adalah
dalam menentukan anggota kelompok. Kegiatan kelompok dapat efektif dalam
membantu siswa, jika diantara anggota kelompok ada siswa yang benar-benar
menguasai materi dan mampu memberi penjelasan kepada siswa lainnya.
- Tutorial Sebaya
Kegiatan tutorial dapat
dipilih sebagai kegiatan remedial. Dalam kegiatan ini seorang guru meminta
bantuan kepada siswa yang lebih pandai untuk membantu siswa yang mengalami
kesulitan belajar. Siswa yang dijadikan tutor bisa berasal dari kelas yang sama
atau dari kelas yang lebih tinggi. Apabila menggunakan tutor yang sebaya sangat
membantu sekalai, karena tingkat pemahaman dan penyampaian tutor yang sebaya
lebih dimengerti oleh siswa yang bermasalah, selain itu mereka tidak merasa
canggung dalam menanyakan setiap permasalahan karena usia mereka sama sehingga
mudah dimengerti olehnya.
- Menggunakan Sumber Lain
Selain dengan pembelajaran
ulang, kegiatan kelompok, tutorial, guru juga dapat menggunakan sumber belajar
lain yang relevan dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan memahami materi
pelajaran. Misalanya guru meminta untuk mengunjungi ahli atau praktisi yang
berkaitan dengan materi yang dibahas, misalnya ”bagaimana cara mencangkok ”
siswa dapat mendatangi tukang kebun yang kegiatan sehari-hari memang mencakok.
Atau juga siswa diminta membaca sumber lain dan bahkan kalau mungkin
mendatangkan anggota masyarakat yang mempunyai keahlian yang sesuai dengan
materi yang dipelajari.
Evaluasi Pengajaran
Remedial
Untuk mengetahui
berhasil tidaknya kegiatan remedial yang telah dilaksanakan, harus dilakukan
penilaian. Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara mengkaji kemajuan belajar
siswa. Apabila siswa mengalami kemauan belajar sesuai yang diharapkan, berarti
kegiatan remedial yang direncanakan dan dilaksanakan cukup fektif membantu
siswa yang mengalami kesulitan belajar. Tetapi, apabila siswa tidak mengalami
kemajuan dalam belajarnya berarti kegiatan remedial yang direncanakan dan
dilaksanakan kurang efektif. Untuk itu guru harus menganalisis setiap komponen
pembelajaran.
Evaluasi dan Follow Up; cara manapun yang
ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah seyogyanya dilakukan evaluasi
dan tindak lanjut, untuk melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment)
yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi peserta didik. Berkenaan dengan evaluasi pengajaran remedial. Kriteria-kriteria keberhasilan pengajaran remedial yaitu:
- Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh peserta didik berkaitan
dengan masalah yang dibahas
- Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang
dibawakan melalui layanan, dan
- Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh peserta didik sesudah
pelaksanaan remedial dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut
pengentasan masalah belajar yang dialaminya.
Sementara itu, Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun
(2003) mengemukakan beberapa kriteria dari
keberhasilan dan efektivitas remedial yang telah diberikan, yaitu apabila:
- Peserta didik telah menyadari (to be aware of) atas adanya masalah
yang dihadapi.
- Peserta didik telah memahami (self insight) permasalahan yang
dihadapi.
- Peserta didik telah mulai menunjukkan kesediaan untuk menerima
kenyataan diri dan masalahnya secara obyektif (self acceptance).
- Peserta didik telah menurun ketegangan emosinya (emotion stress
release).
- Peserta didik telah menurun penentangan terhadap lingkungannya
- Peserta didik mulai menunjukkan kemampuannya dalam
mempertimbangkan, mengadakan pilihan dan mengambil keputusan secara sehat
dan rasional.
- Peserta didik telah menunjukkan kemampuan melakukan usaha–usaha
perbaikan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya, sesuai dengan dasar
pertimbangan dan keputusan yang telah diambilnya.
PENGAJARAN PENGAYAAN
A.
Pembelajaran Menurut Standar Nasional Pendidikan
Standar nasional
pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Peraturan Pemerintah nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menetapkan 8 standar yang
harus dipenuhi dalam melaksanakan pendidikan. Kedelapan standar dimaksud
meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan nasional tersebut, kompetensi yang harus dikuasai oleh
peserta didik setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran ditetapkan dalam
standar isi dan standar kompetensi lulusan. Standar isi (SI) memuat standar
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik dalam
mempelajari mata pelajaran tertentu. Standar kompetensi lulusan (SKL) berisikan
kompetensi yang harus dikuasai peserta didik pada setiap satuan pendidikan.
Sementara berkenaan dengan materi yang harus dipelajari, disajikan dalam
silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang dikembangkan oleh guru.
Menurut pasal 6 PP. 19 Th. 2005, terdapat 5 kelompok mata pelajaran yang harus
dipelajari peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah untuk jenis
pendidikan umum, kejuruan, dan khusus. Kelima kelompok mata pelajaran tersebut
meliputi: agama dan akhlak mulia; kewarganegaraan dan kepribadian; ilmu
pengetahuan dan teknologi; estetika; jasmani, olah raga, dan kesehatan.
Dalam rangka membantu
peserta didik mencapai standar isi dan standar kompetensi lulusan, pelaksanaan
atau proses pembelajaran perlu diusahakan agar interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan kesempatan yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.
Untuk mencapai tujuan
dan prinsip-prinsip pembelajaran tersebut tidak jarang dijumpai adanya peserta
didik yang memerlukan tantangan berlebih untuk mengoptimalkan perkembangan
prakarsa, kreativitas, partisipasi, kemandirian, minat, bakat, keterampilan
fisik, dsb. Untuk mengantisipasi potensi lebih yang dimiliki peserta didik
tersebut, setiap satuan pendidikan perlu menyelenggarakan program pembelajaran
pengayaan.
B. Hakikat
Pembelajaran Pengayaan
Secara umum pengayaan
dapat diartikan sebagai pengalaman atau kegiatan peserta didik yang melampaui
persyaratan minimal yang ditentukan oleh kurikulum dan tidak semua peserta
didik dapat melakukannya.
Untuk memahami
pengertian program pembelajaran pengayaan, terlebih dahulu perlu diperhatikan
bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku berdasar
Permendiknas 22, 23, dan 24 Tahun 2006 pada dasarnya menganut sistem
pembelajaran berbasis kompetensi, sistem pembelajaran tuntas, dan sistem
pembelajaran yang memperhatikan dan melayani perbedaan individual peserta
didik. Sistem dimaksud ditandai dengan dirumuskannya secara jelas standar
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik.
Penguasaan SK dan KD setiap peserta didik diukur dengan menggunakan sistem
penilaian acuan kriteria (PAK). Jika seorang peserta didik mencapai standar
tertentu maka peserta didik tersebut dipandang telah mencapai ketuntasan.
Dalam pelaksanaan
pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, lazimnya guru
mengadakan penilaian awal untuk mengetahui kemampuan peserta didik terhadap
kompetensi atau materi yang akan dipelajari sebelum pembelajaran dimulai.
Kemudian dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan berbagai strategi seperti
ceramah, demonstrasi, pembelajaran kolaboratif/kooperatif, inkuiri, diskoveri,
dsb. Melengkapi strategi pembelajaran digunakan juga berbagai media seperti
media audio, video, dan audiovisual dalam berbagai format, mulai dari kaset audio,
slide, video, komputer multimedia, dsb. Di tengah pelaksanaan pembelajaran atau
pada saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung, diadakan penilaian proses
dengan menggunakan berbagai teknik dan instrumen dengan tujuan untuk mengetahui
kemajuan belajar serta seberapa jauh penguasaan peserta didik terhadap
kompetensi yang telah atau sedang dipelajari. Penilaian proses juga digunakan
untuk memperbaiki proses pembelajaran bila dijumpai hambatan-hambatan.
Pada akhir program
pembelajaran, diadakan penilaian yang lebih formal berupa ulangan harian.
Ulangan harian dimaksudkan untuk menentukan tingkat pencapaian belajar, apakah
seorang peserta didik gagal atau berhasil mencapai tingkat penguasaan
kompetensi tertentu. Penilaian akhir program ini dimaksudkan untuk menjawab
pertanyaan apakah peserta didik telah mencapai kompetensi (tingkat penguasaan)
minimal atau ketuntasan belajar seperti yang telah dirumuskan pada saat
pembelajaran direncanakan.
Jika ada peserta didik
yang lebih mudah dan cepat mencapai penguasaan kompetensi minimal yang
ditetapkan, maka sekolah perlu memberikan perlakuan khusus berupa program
pembelajaran pengayaan. Pembelajaran pengayaan merupakan pembelajaran tambahan
dengan tujuan untuk memberikan kesempatan pembelajaran baru bagi peserta didik
yang memiliki kelebihan sedemikain rupa sehingga mereka dapat mengoptimalkan
perkembangan minat, bakat, dan kecakapannya. Pembelajaran pengayaan berupaya
mengembangkan keterampilan berpikir, kreativitas, keterampilan memecahkan
masalah, eksperimentasi, inovasi, penemuan, keterampilan seni, keterampilan
gerak, dsb. Pembelajaran pengayaan memberikan pelayanan kepada peserta didik
yang memiliki kecerdasan lebih dengan tantangan belajar yang lebih tinggi untuk
membantu mereka mencapai kapasitas optimal dalam belajarnya.
Dalam rangka membantu
peserta didik mencapai standar isi dan standar kompetensi lulusan, pelaksanaan
atau proses pembelajaran perlu diusahakan agar interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan kesempatan yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik.
Untuk mencapai tujuan
dan prinsip-prinsip pembelajaran tersebut tidak jarang dijumpai adanya peserta
didik yang memerlukan tantangan berlebih untuk mengoptimalkan perkembangan
prakarsa, kreativitas, partisipasi, kemandirian, minat, bakat, keterampilan
fisik, dsb. Untuk mengantisipasi potensi lebih yang dimiliki peserta didik
tersebut, setiap satuan pendidikan perlu menyelenggarakan program pembelajaran
pengayaan.
Ada tiga
jenis pembelajaran pengayaan, yaitu:
1. Kegiatan eksploratori yang bersifat umum yang dirancang untuk
disajikan kepada peserta didik. Sajian dimaksud berupa peristiwa sejarah, buku,
tokoh masyarakat, dsb, yang secara regular tidak tercakup dalam kurikulum.
2. Keterampilan proses yang diperlukan oleh peserta didik agar
berhasil dalam melakukan pendalaman dan investigasi terhadap topik yang
diminati dalam bentuk pembelajaran mandiri.
3. Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik yang
memiliki kemampuan belajar lebih tinggi berupa pemecahan masalah nyata dengan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah atau pendekatan investigatif/
penelitian ilmiah. Pemecahan masalah ditandai dengan:
·
identifikasi bidang permasalahan yang akan dikerjakan
·
penentuan fokus masalah/problem yang akan dipecahkan
·
penggunaan berbagai sumber;
·
pengumpulan data menggunakan teknik yang relevan;
·
analisis data; dan
·
penyimpulan hasil investigasi.
Sekolah tertentu,
khususnya yang memiliki peserta didik lebih cepat belajar dibanding
sekolah-sekolah pada umumnya, dapat menaikkan tuntutan kompetensi melebihi
standari isi. Misalnya sekolah-sekolah yang menginginkan memiliki keunggulan
khusus.
C.
Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan
Pemberian pembelajaran
pengayaan pada hakikatnya adalah pemberian bantuan bagi peserta didik yang
memiliki kemampuan lebih, baik dalam kecepatan maupun kualitas belajarnya. Agar
pemberian pengayaan tepat sasaran maka perlu ditempuh langkah-langkah
sistematis, yaitu (1) mengidentifikasi kelebihan kemampuan peserta didik, dan
(2) memberikan perlakuan (treatment) pembelajaran pengayaan.
1.
Identifikasi Kelebihan Kemampuan Belajar
a. Tujuan
Identifikasi kemampuan berlebih peserta didik dimaksudkan untuk mengetahui
jenis serta tingkat kelebihan belajar peserta didik. Kelebihan kemampuan
belajar itu antara lain meliputi:
1) Belajar lebih cepat.
Peserta didik yang memiliki kecepatan belajar tinggi ditandai dengan cepatnya
penguasaan kompetensi (SK/KD) mata pelajaran tertentu.
2) Menyimpan informasi
lebih mudah Peserta didik yang memiliki kemampuan menyimpan informasi lebih
mudah, akan memiliki banyak informasi yang tersimpan dalam memori/ ingatannya
dan mudah diakses untuk digunakan
3) Keingintahuan yang
tinggi. Banyak bertanya dan menyelidiki merupakan tanda bahwa seorang peserta
didik memiliki hasrat ingin tahu yang tinggi.
4) Berpikir mandiri.
Peserta didik dengan kemampuan berpikir mandiri umumnya lebih menyukai tugas
mandiri serta mempunyai kapasitas sebagai pemimpin.
5) Superior dalam berpikir
abstrak. Peserta didik yang superior dalam berpikir abstrak umumnya menyukai
kegiatan pemecahan masalah.
6) Memiliki banyak minat.
Mudah termotivasi untuk meminati masalah baru dan berpartisipasi dalam banyak
kegiatan.
b. Teknik
Teknik yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kemampuan berlebih peserta didik dapat
dilakukan antara lain melalui : tes IQ, tes inventori, wawancara, pengamatan,
dsb.
1) Tes IQ (Intelligence
Quotient) adalah tes yang digunakan untuk mengetahui tingkat kecerdasan peserta
didik. Dari tes ini dapat diketahui tingkat kemampuan spasial, interpersonal,
musikal, intrapersonal, verbal, logik/matematik, kinestetik, naturalistik, dsb.
2) Tes inventori. Tes
inventori digunakan untuk menemukan dan mengumpulkan data mengenai bakat,
minat, hobi, kebiasaan belajar, dsb.
3) Wawancara. Wanwancara
dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan peserta didik untuk menggali
lebih dalam mengenai program pengayaan yang diminati peserta didik.
4) Pengamatan (observasi).
Pengamatan dilakukan dengan jalan melihat secara cermat perilaku belajar
peserta didik. Dari pengamatan tersebut diharapkan dapat diketahui jenis maupun
tingkat pengayaan yang perlu diprogramkan untuk peserta didik.
2. Bentuk
Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan
Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran pengayaan dapat
dilakukan antara lain melalui:
1. Belajar Kelompok.
Sekelompok peserta didik yang memiliki minat tertentu diberikan pembelajaran
bersama pada jam-jam pelajaran sekolah biasa, sambil menunggu teman-temannya
yang mengikuti pembelajaran remedial karena belum mencapai ketuntasan.
2. Belajar mandiri.
Secara mandiri peserta didik belajar mengenai sesuatu yang diminati.
3. Pembelajaran berbasis tema.
Memadukan kurikulum di bawah tema besar sehingga peserta didik dapat
mempelajari hubungan antara berbagai disiplin ilmu.
4. Pemadatan kurikulum.
Pemberian pembelajaran hanya untuk kompetensi/materi yang belum diketahui
peserta didik. Dengan demikian tersedia waktu bagi peserta didik untuk
memperoleh kompetensi/materi baru, atau bekerja dalam proyek secara mandiri
sesuai dengan kapasitas maupun kapabilitas masing-masing.
Perlu diperhatikan
bahwa penyelenggaraan pembelajaran pengayaan ini terutama terkait dengan
kegiatan tatap muka untuk jam-jam pelajaran sekolah biasa. Namun demikian
kegiatan pembelajaran pengayaan dapat pula dikaitkan dengan kegiatan tugas
terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
Sekolah dapat juga
memfasilitasi peserta didik dengan kelebihan kecerdasan dalam bentuk kegiatan
pengembangan diri dengan spesifikasi pengayaan kompetensi tertentu, misalnya
untuk bidang sains. Pembelajaran seperti ini diselenggarakan untuk membantu
peserta didik mempersiapkan diri mengikuti kompetisi tingkat nasional maupun
internasional seperti olimpiade internasional fisika, kimia dan biologi.
Sebagai bagian integral dari kegiatan pembelajaran,
kegiatan pengayaan tidak lepas kaitannya dengan penilaian. Penilaian hasil
belajar kegiatan pengayaan, tentu tidak sama dengan kegiatan pembelajaran
biasa, tetapi cukup dalam bentuk portofolio, dan harus dihargai sebagai nilai
tambah (lebih) dari peserta didik yang normal.