Jurusan : PAI
Semester : VI B
Mata Kuliah : Sosiologi Pendidikan
TINJAUAN SOSIOLOGIS TENTANG TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM
PERSFEKTIF ISLAM
Di Susun oleh :
Nahdha Jafar : 12220028
Nurul
Fadilah : 12220040
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AS’ADIYAH SENGKANG KAB.WAJO
PROV.SULAWESI SELATAN
TINJAUAN SOSIOLOGIS TENTANG TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM
PERSFEKTIF ISLAM
A.
Tujuan Pendidikan Islam dalam Persfektif Islam Berbasis Masyarakat
Perlu diketahui bahwa
pendidikan Islam sangat berhubungan erat dengan agama Islam itu sendiri,lengkap
dengan akidah, syariat, dan sistem kehidupannya. Keduanya ibarat dua kendaraan
yang berjalan di atas dua jalur seimbang, baik dari segi tujuan maupun
rambu-rambunya yang disyariatkan bagi hamba Allah yang membekali diri dengan
takwa, ilmu, hidayah, serta akhlak untuk menempuh perjalanan hidup.
Hubungan antara
pendidikan Islam dan agama Islam dapat digambarkan dalam pokok-pokok sebagai
berikut:
a. Agama Islam menyerukan manusia agar beriman dan
bertakwa. Pendidikan Islam berupaya menanamkan ketakwaan itu dan
mengembangkannya agar bertambah terus sejalan dengan pertambahan ilmu.
b. Agama Islam menekankan pentingnya ilmu pengetahuan
dan menyeru manusia agar berpikir tentang kerajaan Allah. Sementara dalam
pendidikan Islam, dibangun di atas ilmu dan pengetahuan guna mengembangkan manusia,
baik pengetahuan, keterampilan, maupun arah tujuannya.
c. Agama Islam menekankan amal saleh dan menetapkan
bahwa iman selalu diwujudkan dengan amal saleh tersebut. Sedangkan dalam
pendidikan Islam menekankan pentingnya
belajar.
Untuk maksud tersebut,
manusia diciptakan lengkap dengan potensinya berupa akal dan kemampuan belajar.
Pada sisi lain, persoalan pendidikan merupakan faktor penentu bagi perkembangan
umat. Ia menjadi prioritas utama untuk dilaksanakan. Dengan
demikian salah satu target yang harus diusahakan semaksimal mungkin adalah
revitalisasi pelaksanaan pendidikan bagi umat Islam melalui cara-cara yang
sesuai dengan nilai-nilai dan motif ajaran Islam sehingga tidak salah arah
dengan pelaksanaan pendidikan ala Barat. Untuk menyikapinya diperlukan
penyusunan sistem pendidikan yang berakar pada nilai-nilai, prinsip-prinsip dan
tujuan-tujuan Islam.
Dalam menetapkan tujuan pendidikan, Islam memperhatikan
posisi manusia sebagai ciptaan Tuhan yang terbaik (At-Tin : 4) dan sebagai
khalifah fil ardh ( Yunus : 14). Begitu pula tentang islam yang rahmatan lil
‘alamin/universal. “mengandung
ajaran-ajaran yang konkret, dapat disesuaikan dengan situasi tempat dan
kebutuhan zaman”.Sebagai agama pilihan Allah (Al-Maidah : 3) untuk panutan kita
yang abadi, adalah tiada ragu lagi. Maka dunia cita, yakni terbentuknya
kepribadian muslim atau terwujudnya masyarakat yang sebesar-besarnya, yang
menjadi tugas akhir pendidikan islam, secara normatif - filosofis ditetapkan
atas dasar satu keyakinan tentang nilai-nilai Islami yang oleh ummat islam
dipegangi sebagai kebenaran yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadis.[1]
Menurut pandangan
diatas dapat kita fahami, dalam persfektif islam tujuan pendidikan islam secara
umum ialah membentuk kepribadian muslim pada manusia dan mewujudkannya menjadi
masyarakat yang besar didunia, yaitu masyarakat yang maju yang berpedoman pada
Al-Qur’an dan Hadist dimana didalamnya terdapat ajaran-ajaran (ilmu) yang
konkret, yang sesuai dengan tempat dan kebutuhan zaman.
Pada rumusan
tujuan pendidikan Islam diatas disebutkan istilah masyarakat atau sosial dimana
dari segi pendidikan , Islam dalam menentukan tujuannya ingin membentuk berbagai
individu melalui latihan jiwa, akal pikiran (intelektual), perasaan dan panca
indera demi mewujudkan masyarakat muslim yang berinteraksi sosial dengan baik
diantara sesamanya.
Tujuan pendidikan dalam konsep Islam harus
mengarah pada hakikat pendidikan yang meliputi beberapa aspeknya yaitu tujuan
dan tugas hidup manusia, memperhatikan sifat-sifat dasar manusia , tuntutan
masyarakat, dan dimensi- dimensi ideal islam.[2]
Tujuan pendidikan islam menurut
konsepnya harus terdiri atas beberapa hal yang berkaitan erat dengan hakikat
manusia diciptakan didunia ini oleh Allah SWT. “Islam menetapkan bahwa pendidikan akhlak
adalah jiwa pendidikan Islam – buistu li utammima makarimal akhlak; dan bahwa
mencapai akhlak yang sempurna adalah tujuan pendidikan sebenarnya”.[3] Menurut
tujuan ini setiap pengajaran harus berorientasi pada pendidikan akhlak, dan
akhlak keagamaan di atas segala-galanya.
Oleh sebab itu,
tujuan pendidikan islam juga memperhatikan sifat-sifat dasar manusia (nature of
human) yang oleh Allah SWT ditempatkan sebagai khalifah-Nya dimuka bumi yang
bertujuan mengabdi kepada-Nya sebagaimana dilukiskan dalam QS.Az-Zariyat ayat
56 :
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur wÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
56.
dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.
Sebagai
khalifah tentunya manusia memiliki tanggung jawab yang besar, oleh sebab itu
dalam mengabdi kepada Allah SWT, dalam hidupnya ia harus menjalankan segala
perintah Allah SWT dengan baik. Al-Qur’an sebagai Nash yang utama banyak
menjelaskan tentang wawasan kemasyarakatan, dimana ditegaskan tentang saling
tolong-menolong dan kerja sama, dapat kita fahami bahwa aspek sosial yang ada
dalam tujuan pendidikan islam sangat besar.
Adapun aspek dimensi kehidupan ideal islam
mengandung nilai yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup manusia didunia
untuk mengelola dan memanfaatkan dunia sebagai bekal kehidupan diakhirat, serta
mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan
akhirat yang lebih membahagiakan sehingga manusia tidak dituntut untuk
terbelenggu dengan kehidupan dunia yang melenakan, sebagaimana dilukiskan dalam QS.Al-Qhasas ayat 77 :
Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù 9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( wur [Ys? y7t7ÅÁtR ÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJ2 z`|¡ômr& ª!$# øs9Î) ( wur Æ÷ö7s? y$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# w
=Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÐÐÈ
77. dan carilah
pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS.Al-Qhasas : 77)
B.
Tinjauan Sosiologis Tentang Tujuan Pendidikan Islam Dalam
Persfektif Islam
Sosiologi dapat dijadikan sebagai salah satu pendekatan dalam
memahami agama. Hal demikian dapat dimengerti, karena banyaknya bidang kajian
agama yang baru dapat dipahami secara proporsional dan lengkap apabila
menggunakan jasa dan bantuan sosiologi. Tanpa ilmu sosial peristiwa-peristiwa tersebut sulit
dijelaskan dan sulit pula dipahami
maksudnya. Disinilah
letaknya sosiologi sebagai salah satu alat dalam memahami ajaran agama.[4]
Penjelasan yang bagaimanapun tentang tujuan pendidikan islam dalam persfektif islam, tidak akan pernah tuntas tanpa mengikutsertakan
aspek-aspek sosiologinya. Islam
yang menyangkut kepercayaan serta berbagai prakteknya benar-benar merupakan
masalah sosial, dan sampai saat ini senantiasa ditemukan dalam sumber hukum islam. Tujuan
pendidikan islam adalah menyangkut hal yang mengandung arti penting
menyangkut masalah kehidupan manusia, yang dalam transedensinya mencakup
sesuatu yang mempunyai arti penting dan menonjol bagi manusia. . Dimana didalamnya
aspek-aspek sosial dalam pendidikan tidak diabaikan dan diberi perhatian besar,
tentunya menurut disiplin ilmu sosiologi yang mengkhususkan diri dalam menelaah
perubahan sosial yang sangat drastis di masyarakat, memandang islam memiliki keselarasan
dan perhatian besar terhadap pendidikan islam, oleh sebab itu agama yang pada
sumbernya benar-benar mengatur dengan baik hubungan antara individu- dengan
individu, individu dengan kelompoknya, dan individu dengan tuhannya, dalam
tujuan pendidikannya mengharapkan tercapainya sebuah masyarakat yang baik dalam
hubungan sesama dalam hal ini masyarakat, walaupun dalam menghadapi perbedaan
zaman yang terus mengalir dengan deras, islam tetap eksis dengan ajarannya yang
bersumber dari nash yang selalu relevan dengan kehidupan karena memiliki banyak
kandungan yang bersifat universal,
Disamping itu, tujuan pendidikan islam
telah dicirikan sebagai pemersatu aspirasi manusia yang paling kental; sebagai
sejumlah besar moralitas, sumber tatanan masyarakat dan perdamaian batin
individu, sebagai sesuatu yang memuliakan dan yang membuat manusia beradab. Dalam hal ini dapat difahami bahwa secara sosiologis tujuan pendidikan
Islam dalam persfektif islam dipandang menunjukkan seperangkat aktivitas sosial yang
mempunyai arti penting.
Islam telah menunjukkan besarnya perhatian terhadap
masalah sosial, dengan mengajukan lima alasan[5] sebagai berikut:
Pertama dalam al-Qur’an atau kitab Hadis, proporsi
terbesar kedua sumber hukum Islam itu berkenaan dengan urusan muamalah.
Sedangkan menurut Ayatullah Khoemeini dalam bukunya al-Hukumah al-Islamiyah yang
dikutip oleh Jalaluddin Rahmat dikemukakan bahwa perbandingan antara ayat-ayat
ibadah dan ayat-ayat yang menyangkut kehidupan sosial adalah satu berbanding
seratus. Artinya untuk satu ayat ibadah, ada seratus ayat muamalah (masalah
sosial).
Kedua bahwa ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan
diberi ganjaran lebih besar dari ibadah yang bersifat perseorangan. Karena itu
shalat yang dilakukan secara berjamaah dinilai lebih tinggi nilainya daripada
shalat yang dikerjakan sendirian dengan ukuran satu berbanding dua puluh tujuh
derajat.
Ketiga dalam Islam terdapat ketentuan bila urusan ibadah
dilakukan tidak sempurna atau batal, karena melanggar pantangan tertentu, maka
kifaratnya ialah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah sosial. Bila
puasa tidak mampu dilakukan misalnya, maka jalan keluarnya; dengan membayar
fidyah dalam bentuk memberi makan bagi orang miskin.
Keempat dalam Islam terdapat ajaran bahwa amal baik dalam
bidang kemasyarakatan mendapat ganjaran lebih besar dari pada ibadah sunnah.
[6] Demikian
sebaliknya sosiologi memiliki kontribusi dalam bidang kemasyarakatan terutama
bagi orang yang berbuat amal baik akan mendapatkan status sosial yang lebih
tinggi ditengah-tengah masyarakat, secara langsung hal ini berhubungan dengan
sosiologi.
Berdasarkan pemahaman ke lima alasan di atas, maka
melalui pendekatan sosiologis, akan
dapat dipahami dengan mudah, karena agama itu sendiri diturunkan untuk
kepentingan sosial. Dalam Al-Qur’an misalnya dijumpai ayat-ayat berkenaan
dengan hubungan manusia dengan manusia lainnya, sebab-sebab yang menyebabkan terjadinya
kemakmuran suatu bangsa dan sebab-sebab yang menyebabkan terjadinya
kesengsaraan. Semua itu hanya baru dapat dijelaskan apabila yang memahaminya
mengetahui sejarah sosial pada ajaran agama itu diturunkan.[7]
[1]
Dra.Zuhairini,dkk,Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:PT.Bumi
Aksara,2012,h.164
[2] Drs.H.Rois
Mahfud,M.Pd,Al-Islam;Pendidikan Agama Islam,Jakarta:Penerbit Erlangga,
2011, h.145
[3] Dra.Zuhairini,dkk,Op.Cit.
[4]Abuddin Nata, Metodelogi Studi Islam (
Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2002), h. 39.
[6]Hussein Bahreisi, Hadits
Bukhari-Muslim (Surabaya : Karya Utama, tt), h. 160.