Rabu, 08 April 2015

TINJAUAN SOSIOLOGIS TENTANG TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSFEKTIF ISLAM



Jurusan      : PAI
Semester    : VI B
Mata Kuliah        : Sosiologi Pendidikan
TINJAUAN SOSIOLOGIS TENTANG TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSFEKTIF ISLAM

Di Susun oleh :
*             Nahdha Jafar        : 12220028
*             Nurul Fadilah       : 12220040

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AS’ADIYAH SENGKANG KAB.WAJO PROV.SULAWESI SELATAN


TINJAUAN SOSIOLOGIS TENTANG TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSFEKTIF ISLAM

A.    Tujuan Pendidikan Islam dalam Persfektif Islam Berbasis Masyarakat
Perlu diketahui bahwa pendidikan Islam sangat berhubungan erat dengan agama Islam itu sendiri,lengkap dengan akidah, syariat, dan sistem kehidupannya. Keduanya ibarat dua kendaraan yang berjalan di atas dua jalur seimbang, baik dari segi tujuan maupun rambu-rambunya yang disyariatkan bagi hamba Allah yang membekali diri dengan takwa, ilmu, hidayah, serta akhlak untuk menempuh perjalanan hidup. 
Hubungan antara pendidikan Islam dan agama Islam dapat digambarkan dalam pokok-pokok sebagai berikut:
a. Agama Islam menyerukan manusia agar beriman dan bertakwa. Pendidikan  Islam  berupaya menanamkan ketakwaan itu dan mengembangkannya agar bertambah terus sejalan dengan pertambahan ilmu.
b. Agama Islam menekankan pentingnya ilmu pengetahuan dan menyeru manusia agar berpikir tentang kerajaan Allah. Sementara dalam pendidikan Islam, dibangun di atas ilmu dan pengetahuan guna mengembangkan manusia, baik pengetahuan, keterampilan, maupun arah tujuannya. 
c. Agama Islam menekankan amal saleh dan menetapkan bahwa iman selalu diwujudkan dengan amal saleh tersebut. Sedangkan dalam pendidikan Islam  menekankan pentingnya belajar.
Untuk maksud tersebut, manusia diciptakan lengkap dengan potensinya berupa akal dan kemampuan belajar. Pada sisi lain, persoalan pendidikan merupakan faktor penentu bagi perkembangan umat. Ia menjadi prioritas utama untuk dilaksanakan.   Dengan demikian salah satu target yang harus diusahakan semaksimal mungkin adalah revitalisasi pelaksanaan pendidikan bagi umat Islam melalui cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai dan motif ajaran Islam sehingga tidak salah arah dengan pelaksanaan pendidikan ala Barat. Untuk menyikapinya diperlukan penyusunan sistem pendidikan yang berakar pada nilai-nilai, prinsip-prinsip dan tujuan-tujuan Islam.
  Dalam menetapkan tujuan pendidikan, Islam memperhatikan posisi manusia sebagai ciptaan Tuhan yang terbaik (At-Tin : 4) dan sebagai khalifah fil ardh ( Yunus : 14). Begitu pula tentang islam yang rahmatan lil ‘alamin/universal.  “mengandung ajaran-ajaran yang konkret, dapat disesuaikan dengan situasi tempat dan kebutuhan zaman”.Sebagai agama pilihan Allah (Al-Maidah : 3) untuk panutan kita yang abadi, adalah tiada ragu lagi. Maka dunia cita, yakni terbentuknya kepribadian muslim atau terwujudnya masyarakat yang sebesar-besarnya, yang menjadi tugas akhir pendidikan islam, secara normatif - filosofis ditetapkan atas dasar satu keyakinan tentang nilai-nilai Islami yang oleh ummat islam dipegangi sebagai kebenaran yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadis.[1]
            Menurut pandangan diatas dapat kita fahami, dalam persfektif islam tujuan pendidikan islam secara umum ialah membentuk kepribadian muslim pada manusia dan mewujudkannya menjadi masyarakat yang besar didunia, yaitu masyarakat yang maju yang berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadist dimana didalamnya terdapat ajaran-ajaran (ilmu) yang konkret, yang sesuai dengan tempat dan kebutuhan zaman.
            Pada rumusan tujuan pendidikan Islam diatas disebutkan istilah masyarakat atau sosial dimana dari segi pendidikan , Islam dalam menentukan tujuannya ingin membentuk berbagai individu melalui latihan jiwa, akal pikiran (intelektual), perasaan dan panca indera demi mewujudkan masyarakat muslim yang berinteraksi sosial dengan baik diantara sesamanya.
  Tujuan pendidikan dalam konsep Islam harus mengarah pada hakikat pendidikan yang meliputi beberapa aspeknya yaitu tujuan dan tugas hidup manusia, memperhatikan sifat-sifat dasar manusia , tuntutan masyarakat, dan dimensi- dimensi ideal islam.[2]           
            Tujuan pendidikan islam menurut konsepnya harus terdiri atas beberapa hal yang berkaitan erat dengan hakikat manusia diciptakan didunia ini oleh Allah SWT.      “Islam menetapkan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam – buistu li utammima makarimal akhlak; dan bahwa mencapai akhlak yang sempurna adalah tujuan pendidikan sebenarnya”.[3] Menurut tujuan ini setiap pengajaran harus berorientasi pada pendidikan akhlak, dan akhlak keagamaan di atas segala-galanya.
            Oleh sebab itu, tujuan pendidikan islam juga memperhatikan sifat-sifat dasar manusia (nature of human) yang oleh Allah SWT ditempatkan sebagai khalifah-Nya dimuka bumi yang bertujuan mengabdi kepada-Nya sebagaimana dilukiskan dalam QS.Az-Zariyat ayat 56 :
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ  
56. dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

            Sebagai khalifah tentunya manusia memiliki tanggung jawab yang besar, oleh sebab itu dalam mengabdi kepada Allah SWT, dalam hidupnya ia harus menjalankan segala perintah Allah SWT dengan baik. Al-Qur’an sebagai Nash yang utama banyak menjelaskan tentang wawasan kemasyarakatan, dimana ditegaskan tentang saling tolong-menolong dan kerja sama, dapat kita fahami bahwa aspek sosial yang ada dalam tujuan pendidikan islam sangat besar.
              Adapun aspek dimensi kehidupan ideal islam mengandung nilai yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup manusia didunia untuk mengelola dan memanfaatkan dunia sebagai bekal kehidupan diakhirat, serta mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan akhirat yang lebih membahagiakan sehingga manusia tidak dituntut untuk terbelenggu dengan kehidupan dunia yang melenakan, sebagaimana dilukiskan dalam QS.Al-Qhasas ayat 77 :
Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù š9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( Ÿwur š[Ys? y7t7ŠÅÁtR šÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJŸ2 z`|¡ômr& ª!$# šøs9Î) ( Ÿwur Æ÷ö7s? yŠ$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÐÐÈ  
77. dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS.Al-Qhasas : 77)
B.     Tinjauan Sosiologis Tentang Tujuan Pendidikan Islam Dalam Persfektif Islam
Sosiologi dapat dijadikan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami agama. Hal demikian dapat dimengerti, karena banyaknya bidang kajian agama yang baru dapat dipahami secara proporsional dan lengkap apabila menggunakan jasa dan bantuan sosiologi. Tanpa ilmu sosial peristiwa-peristiwa tersebut sulit dijelaskan dan sulit pula dipahami  maksudnya. Disinilah letaknya sosiologi sebagai salah satu alat dalam memahami ajaran agama.[4]
            Penjelasan yang bagaimanapun tentang tujuan pendidikan islam dalam persfektif islam, tidak akan pernah tuntas tanpa mengikutsertakan aspek-aspek sosiologinya.  Islam yang menyangkut kepercayaan serta berbagai prakteknya benar-benar merupakan masalah sosial, dan sampai saat ini senantiasa ditemukan dalam sumber hukum islam. Tujuan pendidikan islam adalah menyangkut hal yang mengandung arti penting menyangkut masalah kehidupan manusia, yang dalam transedensinya mencakup sesuatu yang mempunyai arti penting dan menonjol bagi manusia.  . Dimana didalamnya aspek-aspek sosial dalam pendidikan tidak diabaikan dan diberi perhatian besar, tentunya menurut disiplin ilmu sosiologi yang mengkhususkan diri dalam menelaah perubahan sosial yang sangat drastis di masyarakat, memandang islam memiliki keselarasan dan perhatian besar terhadap pendidikan islam, oleh sebab itu agama yang pada sumbernya benar-benar mengatur dengan baik hubungan antara individu- dengan individu, individu dengan kelompoknya, dan individu dengan tuhannya, dalam tujuan pendidikannya mengharapkan tercapainya sebuah masyarakat yang baik dalam hubungan sesama dalam hal ini masyarakat, walaupun dalam menghadapi perbedaan zaman yang terus mengalir dengan deras, islam tetap eksis dengan ajarannya yang bersumber dari nash yang selalu relevan dengan kehidupan karena memiliki banyak kandungan yang bersifat universal,
            Disamping itu, tujuan pendidikan islam telah dicirikan sebagai pemersatu aspirasi manusia yang paling kental; sebagai sejumlah besar moralitas, sumber tatanan masyarakat dan perdamaian batin individu, sebagai sesuatu yang memuliakan dan yang membuat manusia beradab. Dalam hal ini dapat difahami bahwa secara sosiologis tujuan pendidikan Islam dalam persfektif islam  dipandang menunjukkan seperangkat aktivitas sosial yang mempunyai arti penting.
            Islam telah menunjukkan besarnya perhatian terhadap masalah sosial, dengan mengajukan lima alasan[5] sebagai berikut:
Pertama dalam al-Qur’an atau kitab Hadis, proporsi terbesar kedua sumber hukum Islam itu berkenaan dengan urusan muamalah. Sedangkan menurut Ayatullah Khoemeini dalam bukunya al-Hukumah al-Islamiyah  yang dikutip oleh Jalaluddin Rahmat dikemukakan bahwa perbandingan antara ayat-ayat ibadah dan ayat-ayat yang menyangkut kehidupan sosial adalah satu berbanding seratus. Artinya untuk satu ayat ibadah, ada seratus ayat muamalah (masalah sosial).
Kedua bahwa ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar dari ibadah yang bersifat perseorangan. Karena itu shalat yang dilakukan secara berjamaah dinilai lebih tinggi nilainya daripada shalat yang dikerjakan sendirian dengan ukuran satu berbanding dua puluh tujuh derajat.
Ketiga dalam Islam terdapat ketentuan bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal, karena melanggar pantangan tertentu, maka kifaratnya ialah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah sosial. Bila puasa tidak mampu dilakukan misalnya, maka jalan keluarnya; dengan membayar fidyah dalam bentuk memberi makan bagi orang miskin.
Keempat dalam Islam terdapat ajaran bahwa amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapat ganjaran lebih besar dari pada ibadah sunnah. [6]  Demikian sebaliknya sosiologi memiliki kontribusi dalam bidang kemasyarakatan terutama bagi orang yang berbuat amal baik akan mendapatkan status sosial yang lebih tinggi ditengah-tengah masyarakat, secara langsung hal ini berhubungan dengan sosiologi.   
            Berdasarkan pemahaman ke lima alasan di atas, maka melalui pendekatan sosiologis,  akan dapat dipahami dengan mudah, karena agama itu sendiri diturunkan untuk kepentingan sosial. Dalam Al-Qur’an misalnya dijumpai ayat-ayat berkenaan dengan hubungan manusia dengan manusia lainnya, sebab-sebab yang menyebabkan terjadinya kemakmuran suatu bangsa dan sebab-sebab yang menyebabkan terjadinya kesengsaraan. Semua itu hanya baru dapat dijelaskan apabila yang memahaminya mengetahui sejarah sosial pada ajaran agama itu diturunkan.[7]

           


[1] Dra.Zuhairini,dkk,Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:PT.Bumi Aksara,2012,h.164
[2] Drs.H.Rois Mahfud,M.Pd,Al-Islam;Pendidikan Agama Islam,Jakarta:Penerbit Erlangga, 2011, h.145
[3] Dra.Zuhairini,dkk,Op.Cit.
[4]Abuddin Nata, Metodelogi Studi Islam ( Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2002), h. 39.
[5]Jalaluddin Rahmat, Islam alternatif (Bandung : Mizan, 1986), h.. 48.
[6]Hussein Bahreisi, Hadits Bukhari-Muslim (Surabaya : Karya Utama, tt), h. 160.
[7]Abuddin Nata, Op.Cit, h. 42.