:
Tugas jurusan PAI semester III B dalam rangka melengkapi perkuliahan
mata pelajaran IlmuPendidikan Islam yang di bina oleh Gurunda
KM.Muhyiddin Tahir, M .Th.I.
0leh:
NURUL FADILAH
NIM:12220040
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AS’ADIYAH SENGKANG KAB.WAJO
1. Hakikat Pendidikan islam
Pendidikan dalam Islam di kenal
dengan beberapa istilah,yaitu at-tarbiyah, at-ta’lim ,dan at-ta’dib.
Setiap istilah tersebut memiliki makna tersendiri yang berbeda satu sama
lain.Perbedaan tersebut disebabkan adanya perbedaan teks dan konteks.
At-tarbiyah diturunkan dari akar kata ar-rabbyang oleh sebagian ahli
diartikan sebagai tuan, pemilik ,memperbaiki,merawat dan memperindah.
At-tarbiyah(menurut Muhammad Jalaluddin Al-Qosimi [1979] dalam Muhaimiin
dan Mudjib [1993:130]) berarti proses penyampaian sesuatu sampai pada batas
kesempurnaan yang dilakukan secara tahap demi tahap.
Tarbiyah,juga dmaknai sebagai
proses penanaman etika yang dimulai pada jiwa anak yang sedang tumbuh dengan
cara memberi petunjuk dan nasihat,sehingga ia memiliki potensi-potensi dan
kompetensi-kompetensi jiwa yang mantap, yang dapat membuahkan sifat-sifat
bijaksana, baik, cinta akan kreasi, dan berguna bagi tanah airnya.
Term ta’lim merupakan bagian
kecil dari tarbiyah al-aqliyah yang bertujuan memperoleh pengetahuan dan
keahlian berfikir, yang sifatnya mengacu pada domain kognitif (usaha mengenali
sesuatu melalui pengalaman sendiri,faktual).Sebaliknya
at-tarbiyah tidak hanya mencakup domain kognitif saja akan tetapi juga
domain afektif(praktek ,perasaan) dan psikomotorik (aktifitas fisik yang
berkaitan dengan proses mental dan psikologi) (Muhaimin dan Mudjib, 1993 :133).
Sedangkan istilah ta’dib menurut Daud (1987) berarti pengenalan
dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang
tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan yang
sedemikian rupa untuk membimbing manusia kearah pengenalan dan pengakuan
kekuasaan dan keagungan Tuhan di dalam tatanan wujud dan keberadaannya
(Muhaimin, 1993:133).[1]
Hakikat pendidikan islam ialah usaha orang dewasa musllim yang bertaqwa secara
sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah
(kemampuan dasar ) anak didik melalui ajaran islam ke arah titik maksimal
pertumbuhan dan perkembangannya.[2]
Pendidikan, secara teoritis mengandung
pengertian “memberi makan” kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan kepuasan
rohaniah juga sering diartikan dengan “menumbuhkan” kemampuan dasar manusia.
Bila ingin diarahkan kepada pertumbuhan sesuai dengan ajaran islam makan harus
berproses melalui sistem keendidikan islam, baik melalui kelembagaan maupun
melalui sistem kurikuler.
Esensi dari potensi dinamis dalam setiap diri
manusia itu terletak pada keimanan atau keyakinan, ilmu pengetahuan, akhlak
(moralitas) dan pengalamannya. Dan keempat potensi esensial ini menjadi tujuan
fungsional pendidikan islam. Oleh karenanya dalam strategi pendidikan islam,
keempat potensi dinamis yang esensial tersebut menjadi titik pusat dari
lingkaran proses kependidikan islam sampai kepada tercapainya tujuan akhir
pendidikan yaitu manusia dewasa yang mukmin, muslim dan muhsin.
Secara filosofis, proses pendidikan Islam
adalah bersumber pada pendidikan yang diberikan Allah sebagai “pendidik”
seluruh ciptaan-Nya, termasuk manusia. Dalam konteks yang luas, pengertian
pendidikan Islam yang dikandung dalam term al-Tarbiyah terdiri atas empat unsur
pendekatan, yaitu:
1.
memelihara dan menjaga fitrah anak menjelang dewasa (baligh).
2.
mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan.
3.
mengembangkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan.
4.
melaksanakan pendidikan secara bertahap
Konsep
2.
Fillsafat Pendidikan Islam
Secara harfiah
filsafat berarti “cinta kepada ilmu”berasal dari kata Philo(Cinta) dan
Shofos(ilmu/hikmah)[3].filsafat
pendidikan Islam yang membahas permasalahan pendidikan Islam tidak berarti
membatasi diri pada permasalahan yang ada didalam ruang lingkup kehidupan
beragama umat Islam semata-mata , melainkan juga menjangkau permasalahan luas
yang berkaitan dengan pendidikan bagi umat islam.Dengan demikian seluruh
permasalahan yang menyangkut kehidupan umat manusia yang berpengaruh terhadap
kehidupan terhadap kehidupan umat manusia juga termasuk pemikiran filsafat
pendidikan islam.
Akan tetapi ,semua
permasalahan yang bukan agamis yang menyangkut masalah sosial dan ilmu
pengetahuan serta teknologi itu dianalisis secara mendalam , sehngga diperoleh
hakikatnya dari segi pandangan islam karena filsafat bertugas pokok mencari
hakikat dari segala sesuatu .dari hakikat itulah timbul pemikiran teoritis yang
padagilirannya menimbulkan pemikiran tentang strategi dan taktik atau
operasionalisasi kependidikan islam.Dari sinilah timbul ide2 kependidikan Islam
yang dituangkan dalam Sistem Pendidikan Islam.
Sebagai contoh,
dapat kiranya dilihat dari hasil pemikiran flsuf zaman keemasan Perkembangan
islam di Timu Tengah ,AfrkaUtara dan Spanyol dari abad ke -7 sampai abad ke-12
Masehi, pada masa ini lahir filsuf2 islam semisal Al-Kindi,Al-Farabi,Ibnu Sina,
Ibnu Rusyd, Ibnu Khaldun dll.Meskipun mereka memiliki spesialisasi ilmu
pengetahuan tidak semata-mata agamis
seperti ilmu kedokteran, sosiologi dsbg.Akan tetapi jiwa corak keislamannya
tetap menonjol karena aagama menjadi sumber insprasi serta motivasi mereka
untuk berfikir , menyelidiki,menilai, menyimpulkan , serta menemukan suatu
hakikat, darii alam raya yang bermanfaat bagi umat manuasi , yaitu ilmu
pengetahuan yang luas dan dalam , meskipun ilmu yang telah mereka ungkap belum
seberapa dibanding ilmu Allah itu sendiri
Dimasa itu Islam
telah mendorong para pemkirnya untuk menyelidiki,menilai, menyimpulkan,
mengembangkan ilmu pengetahuan yang berasal darii sumbernya yang asli, ajaran
agama , maupun dari kebudayaan lain yang diolah sejalan dengan nilai2
islamisehinnga hasil keilmuan itu bisa mempengaruhi dunia barat dan ikut
tertarik dengan dunia islam,.
Ima dan ilmu
pengetahuan merupakan dua asas hiduup manusia muslim yang saling mempngaruhi
dallam pribadinya sehingga ia terangkat dari keterbelakangan dan kebodohan
menjadi pribadi yang bermartabat itnggi di mata tuhan dan sesama manusia.ajarn
yang penuh motivasi dari rasulullah benar2 menjadi pemacu senmangat untuk
pemikir pada masa itu
a) Ambillah hikmah dari
manaapun datangnya
b) Hikmah itu merupakan
barang yang hilang bagi orang mukmin barang siapa yang menemuinya ambillah
segera
c) Agama itu adalah
akal ,barang siapa tidak berakal, maka ia tidak bisa beragama
d) Carilah ilmu sampai
kenegeri cina.[4]
3.
Guru Sebagai Pendidik
Dalam UU SISDIKNAS
Pasal 27 ayat 3 dikemukakan bahwa guru adalah tenaga pendidik yang khusus
diangkat dengan tugas utama mengajar.[5]
Al-Qur’an tidak mengemukakan secara eksplisit ayat-ayat tentang pendidik
inklusif guru, Namun Al-Qur’an
menegaskan kepada setiap pribadi muslim agar mewaspadai diri dan
keluarganya agar tidak tersentuh api neraka
(Q.S.Al-Tahrim (66):6).Jika pada ayat tersebut ditekankan perlunya
kewaspadaan orang beriman terahadap dir sendiri dan keluarganya, maka dapat
dipahami setiap oranf beriman adalah pendidik.Sehubungan dengan ini maka tugas
pendidik identik dengan tugas para rasul yakni takziyah dan taklim. Takziyah
berarti mensucikan ,fisik, fikir, jiwa dan qalb peserta didik, berusaha
mengembangakan dan mendekatkan kepada Allah SWT ,seraya menjaga fitrahnya dari
segala kemungkinan yang dapat merusak .sedangkan ta’lim menyampaikan ilmu
pengetahuan.[6]
Pendidik ialah
orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran
peserta didik. Pendidik merupakan salah satu komponen penting dalam proses
pendidikan, dipundakny[7]a
terletak tanggung jawab yang besar dalam upaya mengantarkan peserta didik kearah
tujuan pendidikan yang dicitakan. Secara umum, pendidik adalah mereka yang
memiliki tanggung jawab mendidik. Mereka adalah manusia dewasa yang karena hak
dan kewajibannya melaksanakan proses pendidikan. Istilah yang lazim
dipergunakan untuk pendidik adalah guru, Kedua istilah tersebut bersesuaian
artinya. Bedanya ialah istilah Guru seringkali dipakai dilingkungan formal,
sedangkan pendidik di pakai dilingkungan formal dan informal.
Ø Pendidik secara pedagogis di bagi menjadi 2:
a) Secara adi kodrati orang tua peserta didik
b) Pendidik yang diserahi tugas untuk mendidik dalam artian orang tua kedua
setelah orang tua peserta didik.Guru termasuk dalam kategori ini, karena
berperan sebagai pendidik maka didalam tugasnya ia seorang yang harus
profesional.[8]
Ø Agar proses pendidikan berjalan baik dan lancar maka seorang pendidik
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Paling utama adalah memiliki kewibawaan, yaitu pengaruh positif normatif
yang diberikan kepada orang lain atau anak didik dengan tujuan agar yang
bersangkutan dapat mengembangkan dirinya seoptimal mungkin.
2. Mengenal secara pribadi anak/peserta didik secara umum dan khusus, terutama
pendidik anak luar biasa.
3. Membantu peserta didik dalam memahami pelajaran dan membangun kepribadian
yang bertanggung jawab, memiliki pendirian, dan tidak bergantung dengan orang
lain.[9]
Selain mendidik
pendidik/guru mempunyai 4 empat tugas, yaitu ;
1.
Mengajarkan ilmu pengetahuan agama isalm.
2.
Menanamkan Keilmuan dalam jiwa anak.
3.
Mendidik anak agar taat menjalankan agama.
4.
mendidik anak agar berbudi pekerti baik.
Toto
Suharto Mengutip dari pendapat Muraini dan Abdul Majid dalam bukunya
mengemukakan tiga fungsi pendidik. Yaitu ;
1.
Fungsi Instruksional yang bertugas melaksanakan pengajaran .
2.
Fungsi Edukasional yang bertugas mendidik peserta didik agar mencapai tujuan
pendidikan.
3.
Fungsi Managerial yang bertugas memimpin dan mengelola pendidikan.
Untuk
Menjalankan Itu semua seorang guru atau pendidik harus memenuhi syarat-syarat.
Dalam hal ini kami contohkan dalam peraturan persyaratan yang tertuang dalam UU
pendidikan dan pengajaran no.04 tahun 1950 bab X pasal 5 yang berbunyi :
“ Syarat utama
menjadi seorang guru, selain ijazah dan syarat-syarat lain yang mengenai
kesehatan jasmani dan rohani, ialah sifat-sifat yang perlu untuk dapat
memberikan pendidikan dan pengajaran (seperti yang dimaksud dalam pasal 3,4 dan
5 UU ini).Selain itu, Indonesia pada tahun 2005 telah memiliki Undang-Undang
Guru dan Dosen, yang merupakan kebijakan untuk intervensi langsung meningkatkan
kualitas kompetensi guru lewat kebijakan keharusan guru memiliki kualifikasi
Strata 1 atau D4, dan memiliki sertifikat profesi.
Syarat
khusus pendidik, yaitu;
1.
Mengetahui tujuan pendidikan yang dianut oleh suatu
negaranya
2.
Mengenal peserta didik
3.
Memiliki prinsip dalam menggunakan dan menyesuaikan alat
pendidikan dengan situasi tertentu.
4.
Mempunyai sikap bersedia membantu peserta didik dalam artian lebih sabar
5.
Mengidentifikasikan diri dengan peserta didik dalam arti
mampu menyesuaikan diri dengan anak guna mencapai tujuan pendidikan
6.
Memasyarakatkan diri, memiliki keterampilan dan
pengetahuan yang dapat diterapkan dimasyarakat sehingga langsung atau tidak
langsung peserta didik akan langsung merasakan manfaatnya.[10]
Adapun rumusan tujuan umum yang harus
dicapai oleh setiap guru PAI : “Meningkatkan kualitas Keimana dan Ketaqwaan
kepada Allah SWT dan meningkatkan kualitas kepribadian muslim (akhlaqul
karimah) peserta didik dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara”.[11]
4.
Batas2 Pendidikan
Menurut
pendapat Dr.M.J Levengld yang disebut pendidikan ialah pemberian bimbingan dan rohani bagi yang
masih memerlukan jadi kalau sudah tidak membutuhkan pertolongan dan bimbingan
tidak lagi dididik.menurutnya kapan dimulainya seorang anak didik yaitu ketika
anak sudah mengerti arti kewibawaaan.
Paksaan yang diberikan kepada anak kecil disebut “pendidikan” bukan paksaan.dimulai
saat umur 3 tahun dan berakhir saat dewasa dan tidak memerlukan pertolongan
lagi , dewasa dalam arti jasmani dan rohaninya sudah terpenuhi.
Ada pula pendikan sebelum lahir, menurut
beberapa ahli di bagi menjadi 2:
1. Pendidikan fisik yaitu pemeliharaan kesehatan
ibu yang sedang mengandung supaya anak yang dikandungnya menjadi sehat.
2. Pendidikan psikis, ibu yang mengandung tidak
boleh memikirkan hal2 yang ruwet, alias harus berfikir poditif dalam berbagai
hal
Pendidikan yang lebih awal ialah saat sebelum
melaksanakan perkawinan dengan memilih pasangan dengan bibit, bebet, dan bobot
yang baik dengan harapan mendapatkan anak yang baik dari keturnannya itu.
Dalam islam ada yang disebut: “ tuntutlah ilmu
dari buaian hingga liang lahat”
Mendidik seawal mungkin diharapkan karena
pendidikan bukan hanya sekedar pembelajaran tetapi juga usaha penanaman nilai2
islam kedalam jiwa anak didik dengan tujuan agar terwujud insan yang muslim,
selalu tunduk dan menyerahkan diri kepada Allah SWT.
Menurut Ki Hajar Dewantara batas pendidikan
adalah 24 tahun
a.
Dimana batas pendidikan?sebutkan dalil tentang batas
pendidikan ?
b.
Apa tujuan pendidikan?
Dalam konteks islam harus mengarah pada hakikat penddikan
yang meliputi beberapa aspeknya yaitu tujuan dan tuga s hidup manusia,
memperhatikan sifat2 dasar manusia, tuntutan masyarakta, dan simensi2 ideal
islam
c.
Menurut psikologi sewajarnya umur masuk pendidikan formal
berapa?
7 tahun
d.
Mengapa kihajar dewantara mengatakan kalau batas
pendidikan itu pada umur 24 tahun?
Karena pada masa itu saat umur tersebut tercapai tingkat
sekolah formal telah selesai
e.
Penting mana pengalamaan atau penddikan?
Dua2 x memilik keterkaitan dan saling melengkapi
5.Wibawa dalam pendidikan
Konsep kewibawaan di adopsi dari bahasa belanda yaitu”
Gezaq” yang berasal dari kata “segen” yang berarti berkata. Siapa yang
perkataannya yang mempunyai kekuatan mengikat terhadap orang lain, berarti
mempunyai kewibawaan terhadap orang itu. Wibawa adalah rasa hormat, segan
Pelaksanaan kewibawaan dalam pendidikan itu harus
bersandarkan perwujudan norma-norma dalam diri si pendidik dan membawa anak didik
ke tingkat kedewasaanya sehingga mempunyai tujuan mengenal dan hidup yang
sesuai dengan norma-norma maka menjadi syarat si pendidik memberi contoh dengan
jalan menyesuaikan dirinya dengan norma-norma itu sendiri.
sikap anak terhadap wibawa pendidikan dalam hal ini
langevel menjelaskan dengan 2 buah kata:
a.
sikap untuk menurut atau mengikut ( folagen)
mengakui kekuasaan orang lain yang lebih besar karena
paksaan,takut. jadi bukan tunduk atau mengikuti yang sebenar-nya.
b.
sikap tunduk atau patuh,
yaitu dengan sadar mengkuti kewibawaan antaranya mengakui
hak pada orang lain untuk memerintah dirinya merasa sendiri terikat akan
memenuhi perintah itu. Dalam hal terakhir inilah fungsi wibawa pendidikan. yaitu membawa si anak ke arah pertumbuhanya yang kemudian
dengan sendirianya mengakui wibawa orang lain dan mau menjalankanya (Athiyah
alabrasy, 2001, 55).
6.Lingkungan pendidikan
Peserta
didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab
terhadap pendidikan ialah orang tua , guru, pemimpin, program pembelajaran,
latihan dan masyarakat/organisasi.Menurut KiHajar Dewantara Pendidikan berpusat pada 3 hal biasa
disebut Tri Pusat Pendidikan[12]:
Lingkungan ada yang fisik dan non fisik, hidup dan mati,
sengaja (sekolah) dan tidak sengaja (masyarakat) diciptakan.
Setiap bagian dari tri pusat pendidikan saling terkait
dalam membentuk jiwa dan mental masyarakat yang baik, keluarga sebagai
lingkungan kecil, memberi peran besar sebagai dasar pembentukan jiwa dalam
mebentuk karakter individu , secara garis besar orang tua bukan hanya dua
bapak-ibu, tetapi juga guru,pembimbing, yang memberikan perhatian dalam
perkembangan pendidikan .orang tua adalah guru terbaik, dan guru adalah orang
tua terbaik saat tidak ada orang tua, dalam pernyataan Iskandar Zulkarnain:
“saya lebih menghormati guru ketimbang orang tua ,karena ia membawa saya dari
tempat yang rendah ke tempat yang tinggi dengan ilmu yang dimilikinya, sedang
orang tua membawa dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah yaitu dari
langit ke bumi ”. Ini hanya bermaksud untuk mengangkat derajat guru pada saat
itu,
Kepribadian muslim yang utuh tidak dapat selalu tercapai
karena pengaruh berikut:
1.
faktor keturunan mencakup pembawaan , bakat dan semua
potensi yang di bawa manusia sejak lahir.
2.
Faktor lingkungan meliput iklim dan geografis ,tempat
tinggal , adat istiaddat , pengetahuan, pendidikan dan alam.
Berikut ayat
Al-Qur’an yang menjadi dasar pendapat bahwa faktor lingkungan dan
keturunan sebagai pokok yang
mempengaruhi pertumbuhan manusia:
“Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatupun , dan dia memberi pendengaran, penglihatan
dan hati agar kamu bersyukur” (An-Nahl:78)
7.Metode dalam pendidikan
Dalam proses pendidikan islam, metode yang tepat guna
apabila mengandung nilai2 intrinsik dan ekstrinsik sejalan dengan materi
pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai2 ideal
yang terkandung dalam tujuan pendidikan islam.
Sebagai suatu komponen oprasional ilmu pengetahuan islam,
metode yang baik yaitu jika memilik watak dan relevansi yang senada dengan
tujuan pendidikan islam itu.
Prinsip2 Metodologi yang di jadikan landasan psikologi
dalam memperlancar proses kependidikan islam:
1.
memberikan suasana gembira, sebagaimana Nabi Muhammad
bersabda kepada Mu’adz Ibn Jabal dan Abu Musa
Al-Asy’ary:
ا ولا تعسروا بشروا ولا تنفروايسرو
“permudahkanlah mereka jangan mempersulit,
gembirakanlah mereka dan jangan berbuat sesuatu yang membuat mereka menjauhi
kamu”
Dan berbagai firman Allah SWT yang menyuruh para pendidik
untuk memberikan kegembiraan kpd orang2 beriman ,sabar, berbuat kebaikan dan
sebagainya dalam Q.S.2:25
2.
prinsip komunikasi terbuka, guru memdorong manusia didik
membuka diri terhadap segala hal sehingga mereka dapat menyerap pelajaran
menjadi bahan apresasi dalam pemikirannya hal ini sejalan dengan isi kandungan
Q.S.Al-a’raf:179
“Dan sesungguhnya kami jadikan neraka jahannnam itu
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami ayat2 Allah...”
3.
pemberian pengetahuan baru, dalam ajaran islam terdapat
prinsip2 pembaharuan dalam belajar baik tentang fenomena2 alamiah maupun
fenomena yang ada pada diri sendiri ,dalam Al-Qur’an banya ayat yang
menjelaskan hal2 atau unsur2 baru dalam alam sekitar, seperti dalam Q.S.2:164
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi ,silih
berganti malam dan siang, bahtera yang berlayar dilaut membawa apa yang berguna
bagi manusia.....”
4.
memberikan model perilaku
yang baik.,anak didik mencontoh apa yang diamati dan meniru perilaku
dalam proses belajar mengajar .Nabi SAW.sendiri pernah mendidik para sahabat
dengan prinsip meniru model shalat yang beliau praktekkan
5.
paktek secara aktif, ranah afektif,mengamalkan segala apa
yang sudah di pelajari, sebagaimana yang ada pa Q.S.Ash-Shaffat :2-3
“hai orang2 beriman mengapa kamu mengatakan apa yang
tidak kamu perbuat...”[13]
8.Peserta didik dalam pendidikan islam
anak didik adalah merupakan
salah satu factor pendidikan yang paling penting karena tanpa adanya factor tersebut, maka
pendidikan tidak akan berlangsung. Oleh karena itu factor anak didik tidak
dapat digantikan oleh factor yang lain.
Cirri khas peserta didik yang
perlu dipahami oleh pendidik ialah
a. Individu yang memiliki potensi fisik dan
psikis yang khas, sehingga merupakan insane yang unik
b. Individu yang sedang berkembang
c. Individu yang membutuhkan bimbingan
individual dan perlakuan manusiawi
d. Individu yang memiliki kemampuan untuk
mandiri
Dalam paradigma pendidikan
islam, peserta didik merupakan sesuatu yang belum dewasa dan memiliki sejumlah
potensi dasar (fitrah) yang perlu dikembangkan. Di sini peserta didik adalah
makhluk Allah yang terdiri dari aspek jasmani dan ruhani yang belum mencapai
kematangan, baik fisik, mental, intelektual, maupun psikologisnya. Oleh karena
itu, ia senantiasa memerlukan bimbingan arahan pendidik agar dapat
mengembangkan potensinya secara optimal dan membimbingnya menuju kedewasaan.
Peserta didik sebagai subjek
pendidikan, menurut Sayyidina Ali Bin Abi Thalib Jika menginginkan keberhasilan
meraih ilmu harus memenuhi enam syarat
yaitu :
1) Cerdas 4)
mempunyai Bekal
2) Bersungguh-sungguh 5) Mengikuti Petunjuk Guru
(Ustadz)
3) Sabar 6) Lama
Waktunya
Anak didik adalah mahluk yang
sedang berada dalam proses perkembangan/pertumbuhan menurut fitrah masing2 ,
sangat memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah
optimal kemampuan fitrahnya.ia juga diberi peran sebagai subjek pendidikan
melalui berbagai kesempatan yang tepat disamping sebagai objek penddikan.
Proses kependidikan untuk mengembangkan ciri2 individual mereka berdasar
kemampuan dari komponen2 fitrahnya yang didorong ke arah perkembangan positif
dan kontruktif itu diberikan kepada mereka berdasarkan hukum2 mekanisme
perkembangan dan pertumbuhan yang bersifat kesatuan organis, konvergensis, dan
temporer.
Untuk itu peserta didik harus
dipandang secara filosofis yaitu menerima kehadiran keakuannya, sebagaimana
eksistensinya.Inilah prinsip daar pendidikan untuk peserta didik sehingga
proses pendidikan dapat berjalan lancar dan wajar , dan peserta didik harus
dipandang sebagai subyek.walaupun seperti itu , penddik juga tetap memegang
peranan tidak membenarkan tindakan peserta didik, akan tetapi membantu ,
menolong melayani sesuai eksistensinya agar menuju perkembangan yang dewasa
sesuai dengan norma-norma yg berlaku.
Perlu bagi seorang pendidik
untuk mengetahui pembagian jenis peserta didik untuk mempermudah dalam
melaksanakan proses pendidikan:
1. peserta didik
menurut tahap perkembangan dan umur[14]
a) 0-7 tahun = masa
usia dini/pra-sekolah
Masa pra sekolah adalah
hari-hari dan malam yang mengagumkan dimana secara tiba2 anak usia satu tahun
tampak menjadi saeperti anak lima tahun[15]
Peserta didik memiliki sifat
yang berbeda2, dan sudah memikirkan hal2 yang dasar mengenai lingkungannya,
cenderung penurut dan membutuhkan banyak perhatian.
b) 7-14 tahun=masa
sekolah
Memberikan perhatian lebih
dalam hal memberi pengertian yang wajar dan lebih banyak memberi motivasi
karena bersamaan memasuki evaluasi akhir belajar, sekolah dasar.
c) 14-21 tahun=pubertas
Pada masa ini pendidik harus
tanggap dalam hal melaksanakan pendidikan, khususnya tentang ;
Ø Penemuan sifat2
khusus yang ada dalam dirinya
Ø Sifat pertentangan ,
sebab belum ada keseimbangan emosi
2. Menurut status dan
tingkat kemampuan
a) Penggolongan
berdasarkan IQ
Ø Super normal
> 110-140 ke atas
Ø Normal > 70-110
Ø Sub Normal >
20-70
3. Intelegensi
4. Kelainan
a) Sosial
Ø Nakal
Ø Penyendiri
b) Jasmaniah
Ø Timpang
Ø Kelainan
Pengelihatan
Ø Kelainan Pendengaran
Ø Kelainan Bicara
Ø Kerdil
c) Mental
Ø Kecerdasan rendah
Ø Kecerdasan tinggi[16]
9.Kurikulum dalam Pendidikan Islam
Istilah kurikulum pertama kali digunakan di dunia
olahraga pada zaman yunani kuno yaitu curriculum yang berarti jarak (jarak
yang harus di tempuh oleh atlit ).akar kata curriculum yaitu currir artinya
pelarri dan curare yang berarti tempat berpacu (oleh peserta lomba lari).Pada
waktu itu, orang mengistilahkannya
dengan tempat berlari mulai Start sampai Finish ,dari makna ini dalam konteks kegiatan
pendidikan ,kata kurikulum diartikan dengan “sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh anak didik untuk mendapatkan ijazah”.Atas rumusan dasar ini kata
kurikulum diartikan sebagai rencana pelajaran (a plan for learning)[17]
Suatu
lembaga yang memberikan pengajaran dan ilmu pengetahuan yang berasaskan tujuan
pendidikan slam, baik pelajran yang umum maupun pelajaran islam namun tetap
sejalan dengan tujan pendidikan islam,..yaitu menciptakan manusia yang
berakhlaq mulia dan beriman dan bertaqwa, pengetaahuan islam bukan hanya
pengetahuan agama islam akan tetapi juga pengetahuan umum.
A.Karakteristik Kurikulum
Pendidikan Islam
a)
Karakteristik dasar
Yang mendasari kurikulum Pendidikan Islam sebagai mana
sumber hukum islam yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadist, dan Ijtihad ulama.
b)
Karakteristik materi
Mengarah kepada materi-materi yang yang berhaluan islami,
baik ilmu fardhu ain dan fardhu kifayah menurut al-Ghazali , Walaupun ilmu
bhs.inggris mrpakan ilmu duniawi jika ia menuju kepada dakwah dan tujuan
kemaslahatan dunia dan akhirat maka tetap termasuk dalam memiliki karakteristik
pendidikan islam.
c)
Karakteristik tujuan
Kurikulum pendidikan islam bersumber pada tujuan pendidikan islam.
Prof. HM. M.Ed. menyatakan bahwa rumusan tujuan pendidikan islam merealisasikan
manusia muslim yang beriman, bertaqwa dan berilmu pengetahuan yang mampu
mengabdikan dirinya kepada sang Khalik-Nya
dengan sikap dan kepribadian bulat yang menyerahkan diri kepada-Nya dalam
segala aspek kehidupannya dalam rangka mencari keridahan-Nya sehingag dapat mencapai kebahagian lahir dan
batin , dunia dan akhirat, inilah prbedaan kurikulum pend.islam dengan umum
karena yang ingin dicapai bukan hanya dalam konsep materi.
Tujuan yang akan dicapai dalam kurikulum
pendidikan islam ialah membentuk anak didik menjadi berakhlak mulia, dalam
hubungannya dengan hakekat penciptaan manusia.Materi pokok kurikulum pendidikan
islam ialah bahan-bahan, aktivitas dan pengalaman yang mengandung unsur
ketauhidan.
B.Prinsip
Kurikulum
Ø Sejalan dengan idealitas islami yang
mengandung materi (bahan) ilmu pengtahuan yang mampu berfungsi sebagai alat
untuk mencapai tujan islami
Ø Untuk berfungsi sebagia alat yang efektif
mencapai tujuan tsb, kurikulum harus
mengandung nilai2 islami yang intrinsik dan extrinsik untuk mampu
merealisasikan tujuan pendidikan islam
Ø Kurikulum yang bercirikan islami itu dproses
melalui metode yang sesuai dengan nilai2 yang terkandung dalam tujuan
pendidikan islam
Ø Antara kurikulum, metode, tujuan pendidikan
islam harus saling berkaitan dan saling menjiai dalam proses mencapai produk yang dicita2kan menurut ajaran islam
Sama
dengan prinsip kurikulum umum hanya saja pada kurikulum pendidikan islam lebih
ditekankan kepada menghasilkan manusia yang seutuhnya,yang mengintegrasikan
fakultas zikir dan fakultas pikir
a).Kurikulum
pendidikan silam sejalan dengan idelitas islam yang mengandung materi ilmu
pengetahuan yang mampu berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan yang
islami.
b).Untuk
berfungsi sebagai alat yang efektif mencapai tujuan tersebut.
c).Kurikulum
yang bercirikan islam itu diproses melalui metode yang sesuai dengan nilai yang
terkandung dalam tujuan pendidikan islam.
d).
Antar kurikulum, metode dan tujuan pendidikan islam harus saling berkaitan dan
saling menjiwai dalam proses pencapaian produk yang dicita-citakan menurut
ajaran islam.
C.Kategori
Kurikulum
Ibnu Khaldun menetapkan kategori ilmu pengetahuan islam yang harus dijadikan kurikulum sekolah ada 3
macam:
Ø :Ilmu lisan (ilmu
lughah,nahwu,sharaf,balaghah,ma’ani,dll.)
Ø Ilmu naqly(qira’ah al-qur’an, ilmu tafsir,
sanad-sanad hadits dan pentashinnya
Ø .Ilmu aqly(logika, ilmu kalam,ilmu alam, ilmu
tekhnik, ilmu bintang dll)
Al-Ghazaly, menghendaki agar
ilmu2 pengetahuan berikut dijadikan materi kurikulum pada lembaga pendidikan
Islam ,yaitu:
a. Ilmu Fardhu ‘Ain
(wajib dipelajari) , yakni ilmu agama yang bersumber dari Al-Qur’an, Fiqhi,
Hadist, dan Tafsir. (PAI)
b. Ilmu Fardhu Kifayah
(untuk menunjang kehidupan di dunia), yakni metafisika,ilmu kedokteran. Ilmu
teknik, ilmu pertanian dan ilmu industri.
Ibnu Sina mengklasifikasikaaan ilmu pengetahuan untuk
diajarkan atau dipelajar orang islam ke dalam 2:
Ø Ilmu nadhary
atau ilmu teoritis,(ilmu riyadhy,ilmu ilahy, dll)
Ilmu-ilmu
amaly( praktis/praktek): ilmu yang menganalisis tentang prilaku manusia dilihat dari
aspek individual maka timbillah ilmu akhlak, jika menganalisis tentang prilaku
manusia dilihat dari aspek sosial, maka timbul ilmu siasat (ilmu politik).
10. Evaluasi dalam Pendidikan Islam
Sasaran evaluasi pendidikan islam secara garis besar ada
4:
1.
sikap dan pengalaman pribadinya, hubungannya dengan Tuhan;
2.
sikap dan pengalaman dirinya, hubungannya dengan
masyarakat
3.
sikap dan pengalaman kehidupnnya, hubungannya dengan alam
sekitar
4.
sikap dan pandangannya terhadap dirinya sendiri selaku
hamba Allah SWT dan selaku anggota masyarakat , selaku khalifah di bumi
Evaluasi adalah suatu penilaian yang lebih menitikberatkan
pada perubahan kepribadian secara luas terhadap sasaran2 umum dari program
kependidikan ,evaluasi dilakukan untuk mengukur sejauh mana tujuan yang telah
ditetapkan itu tercapai . evaluasi pada dasarnya adalah proses penentuan nilai
sesuatu berdasarkan data/informasi yang diperlukan sebagai dasar dalam
menentukan nilai sesuatu yang menjadi objek evaluasi, seperti program,
prosedur, usul, cara, pendekatan , model kerja, hasil program dan lain2[18];
Ada 3 hal penting yang harus tercakup dalam proses
evaluasi, yaitu:
a.
menetapkan suatu nilai atau judgment
b.
adanya suatu kriteria
c.
adanya deskripsi program sebagai objek penilaian
·
Penilaian
Penilaian berbasis pada tiga ranah yaitu kognitif
(pengetahuan), afektif(sikap), dan psikomotorik(keterampilan). Ketiga ranah ini
sebaiknya dinilai proporsional sesuai dengan sifat mata pelajaran yang
bersangkutan.untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, penilaiannya harus
menyeluruh pada segenap aspek kogniif, afektif, dan psikomoorik, dengan
mempertimbangkan tingkat perkembangan siswa serta bobot setiap aspek dari
kompetisi dan materi. Selain penilaiian dalam kegiatan tes formal, guru juga
harus terus mengikuti perumbuhan, perkembangan dan perubahan siswa dengan memberikan juga penilaian pada:
1.
Perhatian terhadap siswa ketika duduk, berbicara, dan
bersikap
2.
Pengamatan ketika siswa berada di ruang kelas, ditempat
ibadah dan ketika mereka bermain
Dari berbagai pengamatan itu ada perrlu dicatat perilaku
yang tidak wajar dan harus diikuti dengan langkah bimbingan. Penilaian terhadap
pengamatan dapat digunakan observasi, wawancara, angket, quetsioner, dan skala
sikap.
Dengan menggunakan sistem evaluasi yang tepat sasaran
maka seorang guru akan dapat mengetahui dengan pasti tentang kemajuan,
kelemahan, dan hambatan 2 manusia didik dalam pelaksanaan tugasnya, yang pada
gilirannya akan di jadikan bahan perbaikan program atau secara langsung
dilakukan remedial teaching (perbaikan melalui kursusu tambahan dan lain2 ).
Atau apabila di pandang perlu manusia didik di beri bimbingan belajar secara
intensif.
11.pesantren sebagai lembaga pendidikan
Pesantren pertama didirikan oleh sunan ampel di jawa pada
abad ke 16 masehi,
Pada zaman modern ini ada 3 tipe pondok pesantren :
1.
Pondok pesantren tradisional, masih mepertahankan bentuk
aslinya dengan semata-mata mengajarkan kitab yang ditulis oleh ulama abad ke-15
dengan menggunakan bahasa arab,pola
pengajarannya dengan sistem halaqah yang dilaksanakan di mesjid atau surau,
hakikat dari sistem halaqah ini adalah cenderung kepada terciptanya santri yang menerima dan memiliki
ilmu dan ilmu itu hanya terbatas pada yang diberikan kiayinya, kurikulum
sepenuhnyapun tergantung pada kiayi pengasuh, santri pun ada yang menetap dan
ada yang tidak menetap.
2.
Pondok pesantren modern
Merupakan pengembangan tipe pesantren yang orientasi
belajarnya cenderung mengadopsi seluruh sistem belajar secara klasik dan
meninggalkan sistem belajar tradisional, tempat belajar di madrasah berupa
kelas2 dan telah memakai kurikulum yang berlaku secara nasional, kedudukan
kiayi sebagai koordinator pelaksana dan juga pengajar, perbedaan dengan sekolah
dengan madrasah, terletak pada porsi pendidikan agama dan bahasa arab yang
lebih menonjol sebagai kurikulum lokal
3.
Pondok pesantren komperehensif
Gabungan dari sistem pendidikan dan pengajaran dari
tradisional dan modern, yaitu diterapkannya sistem belajar halaqah dan secara
reguler sistem persekolahan terus dikembangkan,bahkan pendidikan keterampilan
diaplikasikan, disini pondok pesantren telah berkiprah dalam pembangunan sosial
kemasyarakatan.
Ketiga tipe ini menggambarkan bahwa pwsantren lembaga
pendidikan sekolah, sebagaimana pengertian umunya,sebagai pendidikan luar
sekolah , dari berbagai kegiatan kependidikan baik keterampilan tangan, bahasa,
maupun pendalaman pend. Agama islam melalui metode sorogan dan sebagai lembaga
pendidikan masyarakat yang terlihat dari keterlibatan para santri dalam
kegiatan kemasyarakatan dan mengikuti perkembangan masyarakat ,dan juga yang
secara langsung dikelola oleh masyarakat bahkan merupakan milik masyarakat
karena tumbuh dari dan oleh masyarakat.
Pondok pesantren juga disebut sebagai agen perubahan,
karena dengan pendidikan agama islam dapat merubah masyarakat berwujud
pnignkatan pemahaman terhadapa agama, ilmu dan teknologi, juga dalam bentuk
praktek dan pengalaman yang cenderung membekali masyarakat ke arah SDA yang
dapat mengelola alam dengan baik dan mengatasi permasalahan dengan potensi
sendiri.
Kekuatan pesantren sebagai lembaga pendidikan islam
terletak pada misinya yang bersikap agamis dan searah dengan kondisi masyarakat
sebagai pemeluk agama, pesantren telah jauh melampaui lembaga pendidikan
lainnya dan telah nyata melaksanakan cita2 pendidikan nasional tentang
pembangunan manusia seluruhnya dan masyarakat seutunya (UU RI .No.2 thn 1989 tentang sisdiknas bab II pasal 2)
Dalam perkembangannya misi pendidikan pondok pesantren
terus mengalami perubahan sesuai dengan arus kemajuan zaman yang ditandai
dengan munculnya IPTEK .Sejalan dengan terjadinya perubahan sistem
pendidikannya , dari sistem salaf menuju khalaf dan dari tradisional ke modern
dan terus menyesuaikan diri dengan lingkungan penddikan dengan prinsip masih
dalam prinsip kawasan agama.oleh karena itu kedudukan pesantren benar2 partner
yang intensif dalam pengembangan pendidikan dengan terbukti banyak dan meluasnya pendidikan pesantren di
nusantara.[19]
[2] Prof.H.M.Arifin,M.Ed.,ILMU
PENDIDIKAN ISLAM, tinjauan teoritis dan praktis(PT.Bumi Aksara,
Jakarta:2009)h.22
[3] [3] Prof.H,Muzayyin Arifin ,M.Ed.Filsafat
Pendidikan Islam,Edisi Revisi, (Bumi Aksara,Jakarta:2003).h.3
[5] DEPARTMEN AGAMA RI
DIREKTORAT JENDERAL KELEMBAGAAN AGAMA ISLAM, METODOLOGI PEDIDIKAN AGAMA ISLAM, (Direktorat Jenderal Kelembagaan
Agama Islam,Jakarta:2002).h.2
[6] Prof.Dr.H.Abd.Rahman Getteng, Menuju Guru Profesional Ber-Etika
cet-7, (GRHA GURU, Yogyakarta: 2012).h.43
[11] Drs.Hadirja Paraba, WAWASAN
TUGAS TENAGA GURU DAN PEMBINA PPENDIDIKAN ISLAM,.(FRISKA AGUNG INSANI,
Jakarta:1999),.h.28
[12] DR.dr.Wahjoetomo,PERGURUAN TINGGI PESANTREN,OENDIDIKAN ALTERNATIF
MASA DEPAN,(GEMA INSANI PRESS,Jakarta:1997).h.21
[14] Drs.Abu Ahmadi & Dra.Nur Uhbiyati.Op.cit.h.42
[15] Jerry Wyckoff Ph.D & Barbara C.Unell, alih bahasa :Dra.Rita Wiryadi,
Editor:Dr.Lydon Saputra, DISIPLIN TANPA TERIAKAN ATAU PUKULAN,(Binarupa
Aksara,Jakarta:1997).h.5
[19] Prof.Dr.Muhammad Bahri
Gazali,MA, PESANTREN BERWAWASAN LINGKUNGAN, (CV,PRASASTI,
Jakarta:2002)h.36
Tidak ada komentar:
Posting Komentar