DRAFT SKRIPSI
NAMA : NURUL FADILAH
NIM :
12220040
SEMESTER :
VII (Tujuh) B
JURUSAN :
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JUDUL :
PENERAPAN METODE INQUIRY DALAM PEMBELAJARAN
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MADRASAH IBTIDAIYAH AS’ADIYAH NO. 3 SENGKANG
KABUPATEN WAJO
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Dra. Hj. Nur Uhbiyati,
pendidikan islam ialah bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada
terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim.[1]
Kepribadian muslim ini adalah merupakan tujuan akhir dari setiap usaha
pendidikan Islam.[2] Hal ini
mengandung arti bahwa pendidikan Islam itu diharapkan menghasilkan manusia yang
utuh jasmani dan rohani yaitu manusia yang berguna bagi diri dan masyarakatnya
serta senang mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan
dengan Allah dan dengan manusia sesamanya, dapat mengambil manfaat dari alam
semesta ini untuk kepentingan hidup di dunia dan akhirat. Hal ini telah
ditunjukkan Allah dalam firman-Nya:
Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù 9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( wur [Ys? y7t7ÅÁtR ÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJ2 z`|¡ômr& ª!$# øs9Î) ( wur Æ÷ö7s? y$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# w =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÐÐÈ
Artinya :
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.”(Q.S. Al-Qashash :77) [3].
Tujuan pendidikan islam ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional di Negara kita, yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia
No.20 Tahun 2003, Bab II Pasal 3 yang berbunyi sebagai berikut:
“Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.[4]
Dengan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab, manusia dapat mencapai kebahagiaan didunia dan diakhirat, serta
menjaga diri dari membuat kerusakan di muka bumi.
Untuk merealisasikan tujuan
pendidikan islam maka hal utama yang harus diperhatikan dalam sistem pendidikan
islam yaitu pengembangan kurikulum pendidikan agama islam itu sendiri,
sebagaimana yang dikemukakan Muhaimin sebagai berikut :
“Pendidikan Islam
adalah sistem pendidikan yang sengaja didirikan dan diselenggarakan dengan
hasrat dan niat (rencana yang sungguh-sungguh) untuk mengejawantahan ajaran dan
nilai-nilai Islam, sebagaimana tertuang atau terkandung dalam visi, misi,
tujuan, program kegiatan maupun pada praktik pelaksanaan pendidikannya.
Pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam (PAI) merupakan salah satu
perwujudan dari pengembangan sistem pendidikan Islam."
[5]
Mengingat pentingnya
peran kurikulum dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan peserta didik
nantinya, maka pengembangan kurikulum tidak bisa dikerjakan sembarangan.
“Sebab kurikulum mempunyai peranan yang sangat signifikan dalam dunia
pendidikan, bahkan bisa dikatakan bahwa kurikulum memegang kedudukan dan kunci
dalam pendidikan, hal ini berkaitan dengan penentuan arah, isi, dan proses
pendidikan, yang pada akhirnya menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu
lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut rencana dan pelaksanaan pendidikan
baik dalam lingkup kelas, sekolah, daerah, wilayah maupun nasional [6].
Tanggung jawab besar
yang dimiliki kurikulum untuk menghasilkan peserta didik yang baik merupakan
bukti kuat yang menggambarkan betapa erat hubungan kurikulum dengan perkembangan
peserta didik.
Seiring
berjalannya waktu dan dengan semakin pesatnya tingkat intelektualitas dan
kualitas kehidupan, dimensi pendidikan pun menjadi semakin kompleks, dan tentu
saja hal itu membutuhkan sebuah desain pendidikan yang juga tepat dan sesuai
dengan kondisinya. Karena itulah, berbagai teori, metode, dan desain
pembelajaran dalam kurikulum dibuat dan diciptakan untuk mengapresiasi semakin
beragamnya tingkat kebutuhan dan kerumitan permasalahan pendidikan.
Sesuai Keputusan Menteri Agama
Republik Indonesia Nomor 207 Tahun 2014 tentang kurikulum madrasah menetapkan pemberlakuan
Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.[7]
Dalam kurikulum ini terdapat perubahan yang signifikan
terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam, beberapa model dan metode
pembelajaran kontektual diterapkan sebagai sarana pengantar yang dianggap
sesuai dengan keadaan peserta didik pada masa ini. Dalam
melaksanakan pendidikan Islam, peranan pendidik sangat penting artinya dalam
proses pendidikan, karena dia yang bertanggung jawab dan menentukan arah
pendidikan tersebut.[8]
Oleh
karena itu, Guru sebagai pendidik harus mampu untuk melaksanakan pembelajaran model
baru dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan peserta didik. Bila metode yang digunakan dalam menyampaikan bahan pelajaran itu
tepat maka dapatlah diraih tujuan yang telah diprogramkan. Akan tetapi,
sebaliknya kalau metode penyampaiannya tidak sesuai dan kurang tepat serta
tidak sesuai dengan situasi dan kondisi kegiatan belajar mengajar, maka
bagaimanapun baik dan terpujinya tujuan yang telah disusun mustahil dapat
terwujud.
Dimana tidak ada metode mengajar yang lebih baik dari pada metode
lain. Tiap-tiap metode memiliki kelebihan dan kelemahan,. Ada metode yang tepat
digunakan terhadap siswa dalam jumlah kecil. Ada yang tepat digunakan di dalam
kelas ada pula yang tepat digunakan di luar kelas.
Adapun salah satu metode pembelajaran yang
disarankan dalam kurikulum 2013 ialah metode Inquiri. [9] Inquiri berasal dari bahasa Inggris
“inquiry”, yang secara harfiah berarti penyelidikan.[10]
Penyelidikan dalam hal ini, peserta didik berusaha memperoleh informasi dengan
cermat dan teliti melalui kegiatan ilmiah.
“Metode Inquiri merupakan
suatu metode yang merangsang murid untuk berfikir, menganalisa suatu persoalan
sehingga menemukan pemecahannya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
bereksperimen, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain serta
membandingkan penemuannya dengan penemuan dari peserta didik yang lain.” [11]
“Metode inipun
adalah metode yang membina murid-murid untuk dapat berfikir ilmiah yaitu cara
berfikir yang mengikuti jenjang-jenjang tertentu di dalam penyelesaiannya,
kemampuan untuk memperoleh didikan, dapat dilatih dan dikembangkan dengan
metode mengajar semacam ini.” [12]
Didalam pembelajaran dengan metode inquiri, peserta
didik didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka
sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip serta pendidik mendorong
peserta didik untuk memiliki pengalamannya sendiri. Metode inquiri juga memacu
keinginan siswa untuk mengetahui, memotivasi mereka untuk melanjutkan
pekerjaannya hingga mereka menemukan jawaban dari suatu persoalan.
Sesuatu tugas atau pelajaran harus menarik karena
nilai–nilai yang intrinsik serta nyata kalau tidak, maka hasilnya kosong
belaka. [13]
Siswa tidak hanya mendapat tugas-tugas sesuai keinginan guru namun siswa juga
dapat mencari tahu sendiri, menemukan sendiri, membuktikan sendiri dan menjawab
sendiri permasalahan yang mereka hadapi.
Metode inquiri menjadikan pelajaran yang difahami
peserta didik memiliki nilai, karena berasal dari hasil pemikiran dan sebagian
besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri, dengan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip serta pendidik, mendorong peserta didik untuk memiliki
pengalamannya sendiri, sehingga peserta didik
termotivasi untuk melanjutkan kegiatan pembelajaran sampai selesai.
Seseorang yang belajar penuh dengan semangat akan menguntungkan perbuatan
belajar itu sendiri, sebab belajar akan lebih terasa tepat dan lebih baik,
motivasi juga dapat menimbulkan perasaan gembira dalam belajar serta dapat
memperkuat daya ingatan sehingga apa yang mereka pelajari tidak terlupakan. Dengan
cara itu siswa juga akan memahami kegunaan apa yang dipelajari, sehingga akan
terus belajar.
“Metode inkuiri ini hampir sama dengan metode pemecahan
masalah (problem solving). Perbedaannya ialah dalam pemecahan masalah titik
berat terletak pada terpecahkannya masalah sedangkan pada inkuiri titik berat
terletak pada kedalaman pencarian sampai ditemukan pemecahan yang menyakinkan
(proses pemecahan & kualitasnya).[14]
Metode inquiri bukan hanya menekankan aspek
kognitif peserta didik, tetapi lebih kepada proses perkembangan kemampuan dan
usaha peserta didik dalam menyelesaikan persoalan dalam pembelajaran, sehingga
pembelajaran menjadi lebih bermakna dan membentuk karakter peserta didik. Oleh
karena itu, penulis merasa termotivasi untuk mengkaji permasalahan tersebut dan
mengangkat ke dalam sebuah judul skripsi yang berjudul “Penerapan Metode Inquiri
dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah As’adiyah
No. 3 Sengkang Kabupaten Wajo”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang penulis kemukakan maka yang menjadi rumusan dalam
penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana penerapan metode inquiri dalam pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah As’adiyah No.3 Sengkang Kabupaten Wajo?
2.
Faktor – faktor apa yang mempengaruhi penerapan metode inquiri dalam pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah As’adiyah No. 3 Sengkang Kabupaten
Wajo?
C. Hipotesis
Berdasarkan
rumusan masalah di atas maka penulis memaparkan hipotesis sebagai dugaan
sementara dari hasil observasi berikut ini:
1.
Penerapan metode inquiri dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam di Madrasah Ibtidaiyah As’adiyah No.3 Sengkang Kabupaten Wajo sudah
terlaksana.
2.
Faktor – faktor yang mempengaruhi penerapan metode inquiri dalam pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah As’adiyah No. 3 Sengkang Kabupaten
Wajo adalah tingkat daya serap peserta didik dkemampuan guru.
D. Pengertian
Judul
Penelitian ini berjudul “Penerapan Metode Inquiri pada Pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah As’adiyah No. 3 Sengkang
Kabupaten Wajo”. Untuk lebih memudahkan memahaminya dan menghindari kesalahan
penafsiran, maka perlu diberikan pengertian yang lebih jelas sebagai berikut:
Penerapan adalah pemasangan,
pengenaan, perihal mempraktikkan.[15] Proses,
cara, perbuatan menerapkan, pemasangan, pemanfaatan; perihal mempraktikkan,
perbuatan menggunakan sesuatu kedalam obyek.
Metode
merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan memiliki
peranan yang sangat strategis. [16]
Inquiri berasal dari bahasa Inggris “inquiry”, yang secara harfiah
berarti penyelidikan.[17] Inquiry merupakan suatu metode yang merangsang murid untuk
berfikir, menganalisa suatu persoalan sehingga menemukan pemecahannya sendiri. Pengetahuan
dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus
merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang
diajarkannya”.
Pembelajaran yaitu proses
interaktif yang berlangsung antara guru dan siswa atau juga antara sekelompok
siswa dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan keterampilan atau sikap serta
menetapkan apa yang dipelajari.[18]
“Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah
merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang menelaah tentang asal-usul,
perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang
berprestasi dalam sejarah Islam pada masa lampau, mulai dari sejarah masyarakat
Arab pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW, sampai
dengan masa Khulafaurrasyidin.” [19]
Madrasah Ibtidaiyah As’adiyah No. 3 Sengkang Kabupaten Wajo merupakan
salah satu Madrasah Ibtidaiyah yang berada dibawah naungan yayasan As’adiyah
dan telah terakreditasi A, yang terletak
di Jalan Veteran Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo.
Dari
beberapa pengertian di atas, penulis merumuskan defenisi operasional yang
kemudian dijadikan fokus kajian pada tahap selanjutnya. Defenisi yang dimaksud
oleh penulis adalah suatu kajian tentang upaya guru dalam menggunakan metode inquiri
dalam proses pembelajaran sebagai suatu cara mengajar pada mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam dalam proses pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah As’adiyah No. 3
sengkang Kabupaten Wajo.
E. Tinjauan
Pustaka
Berdasarkan dari pengamatan penulis, mulai dari rumusan judul
sampai tahap penyusunan skripsi ini, belum ada yang ditemukan sama dengan judul
“Penerapan Metode Inquiri dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di
Madrasah Ibtidaiyah No.3 Sengkang Kabupaten Wajo”. Akan tetapi, terdapat
beberapa judul skripsi yang sebelumnya membahas mengenai beberapa hal terkait
dengan kedisiplinan dan diantaranya yakni: Namun, Adapun skripsi terkait metode
inquiri sebagai berikut:
1.
Skripsi berjudul “Penerapan Metode Inquiry dalam
Pembelajaran PAI dan Dampaknya Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di SMP Negeri 1
Papar Kediri”, oleh saudari Ifa Miming Agustin tahun 2008, dalam skripsi
ini fokus membahas tentang keterkaitan metode inquiri dengan motivasi belajar
peserta didik.
2.
Skripsi berjudul Penerapan
Metode Inquiry dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Alquran Hadis\| pada Siswa Kelas IV
Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurejo Tahun Ajaran 2010/2011,oleh saudari Yayuk Sri
Lestari Handayani pada tahun 2011, dalam skripsi ini fokus membahas
tentang keterkaitan metode inquiri dengan prestasi belajar peserta didik .
Untuk membedakan skripsi ini dengan skripsi yang lain, maka penulis
memfokuskan pada penerapan pola pembelajaran dengan menggunakan metode inquiri
dalam penguasaan materi Sejarah Kebudayaan Islam dan faktor yang
mempengaruhinya.
Walaupun tulisan ini bersifat lapangan, akan tetapi pembahasan ini
berhubungan erat dengan buku. Adapun beberapa sumber yang digunakan
sebagai referensi utama dalam penelitian ini.
1.
“Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan” oleh Dr. E. Mulyasa,
M. Pd. yang membahas tentang cara praktis untuk menjadi guru professional, serta beberapa
metode pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.
2.
“Metode Pembelajaran”, oleh Dra. Sumiati dan Asra, M.Ed., yang membahas mengenai
hal penting yang diperhatikan dalam penerapan metode pembelajaran. Dalam buku
ini penulis mendapat pemahaman tentang penerapan metode inquiri bersama dengan
metode discovery.
3.
“Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru” oleh Muhibbin Syah, M.Ed., membahas tentang
program belajar mengajar dan faktor – faktor
yang mempengaruhinya.
Demikianlah, beberapa
tinjauan pustaka yang penulis temukan berkaitan,
membahas tentang metode secara umum sedangkan penelitian ini membahas secara
khusus tentang metode inquiri. Dengan demikian penelitian ini masih layak di
teliti.
F.
Metode Penelitian
Untuk menunjang keberhasilan suatu kegiatan, tentu memerlukan
metode dalam pelaksanaannya, berikut ini merupakan metode yang dipergunakan
dalam tahap-tahap penelitian yakni;
1.
Jenis
Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian
deskriptif kualitatif, yakni penelitian yang akan mengungkap atau menggambarkan
fenomena yang terjadi di lapangan.
2.
Metode
Pendekatan
Sebagaimana
yang digunakan oleh penulis lain pada Jurusan Pendidikan Agama Islam, dalam hal
ini penulis juga menggunakan metode pendekatan sebagai berikut:
a. Pendekatan Pendidikan, Pendekatan ini adalah untuk memperoleh informasi
dan data yang membicarakan tentang perubahan-perubahan individu yang terjadi
karena proses belajar mengajar di Madrasah Ibtidaiyah As’adiyah No. 3 Sengkang
Kabupaten Wajo dalam mencapai suatu keberhasilan.
b. Pendekatan
psikologi adalah pendekatan untuk mengetahui
pengaruh kejiwaan terhadap sikap dan tingkah laku manusia.[20] Pendekatan ini adalah untuk memenuhi kondisi psikis semua komponen
lembaga pendidikan yang bersangkutan .
3.
Metode
Pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang akurat kemudian dikumpulkan sebagai
bahan analisis dan pengujian hipotesis yang telah dirumuskan. Dalam hal
penelitian penulis menggunakan metode sebagai berikut:
a.
Library
Research (penelitian kepustakaan)
Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan cara
membaca buku, majalah, koran, atau sumber lainnya yang berkaitan dengan karya
tulis ilmiah.[21]Dalam
penelitian kepustakaan ini, penulis menempuh, penulis menempuh dua cara yaitu:
1)
Kutipan
langsung, yakni penulis mengutip teks buku atau sumber tanpa merubah
redaksinya.
2)
Kutipan
tidak langsung, yakni penulis mengutip teks dalam atau sumber lain dengan
merubah redaksinya tanpa merubah makna.
b.
Field
research (penelitian lapangan)
Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan dengan cara
mendatangi langsung tempat/lokasi penelitian.[22]
Berikut ini merupakan beberapa teknik pengumpulan data yang ditempuh oleh
penulis:
1) Observasi, Sutrisno Hadi sebagaimana yang dikutip Sugiyono menyatakan
observasi adalah suatu proses yang kompleks yang tersusun dari pelbagai proses
biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan.[23]
Metode ini peneliti gunakan untuk melihat secara langsung proses pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah As’adiyah No. 3 Sengkang.
2) Wawancara, adalah salah satu instrumen yang digunakan dalam penelitian
pendidikan. Pada teknik ini peneliti datang berhadapan muka secara langsung
dengan siswa atau guru yang akan diteliti.[24]
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi terhadap data-data dari guru
dan murid yang dalam hal ini sebagai pelaku pada proses pembelajaran. Adapun yang diwawancarai yaitu kepala madrasah dan guru Sejarah Kebudayaan Islam Kelas III, IV, V
dan VI.
3) Dokumentasi, Menurut Suharsimi Arikunto,
metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah maupun dokumen-dokumen
lain yang tertulis.[25]
Sedangkan menurut Sugiyono mendefinisikan dokumentasi yaitu catatan
peristiwa yang sudah berlalu, baik yang berbentuk tulisan, gambar maupun
karya-karya yang monumental dari seseorang.[26]
Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh dokumen-dokumen dan kebijakan yang
terkait dengan Madrasah Ibtidaiyah As’adiyah No. 3 Sengkang Kabupaten Wajo.
Adapun cara pengumpulan data, maka penulis perlu menegaskan
mengenai lokasi penelitian populasi dan sampel serta proses samplingnya, yakni
sebagai berikut:
1)
Lokasi
Penelitian
Lokasi penelitian yakni Madrasah
Ibtidaiyah As’adiyah No. 3 Sengkang Kabupaten Wajo.
2)
Populasi
dan sampel
a)
Sehubungan
dengan penelitian ini, dibutuhkan adanya objek penelitian yang di sebut
populasi. Guna memperoleh data yang kongkrit dan akurat sebagaimana yang
dibutuhkan dan diperlukan dalam pengumpulan data. Populasi ialah jumlah
keseluruhan unit analisis, yaitu objek yang akan diteliti.[27]
Adapun populasi peserta didik yang akan penulis teliti keseluruhannya berjumlah
207. Dari kelas III A sebanyak 38 orang, kelas III B sebanyak 33 orang, dari
kelas IV A sebanyak 30 orang, kelas IV B sebanyak 25 orang, dari kelas V A
sebanyak 20 orang, dari kelas V B sebanyak 20 orang, dan dari kelas VI sebanyak
41 orang. Adapun jumlah pendidik sebanyak 13 orang termasuk dengan kepala
sekolah sekaligus sebagai pengajar.
Penelitian ini dilakukan untuk
meneliti semua individu dalam populasi tersebut. Jadi semua populasi yang
diteliti dijadikan sebagai sampel.
b)
Sampel
Sampel adalah sebagian individu yang
diteliti dari keseluruhan individu penelitian.[28]
Berdasarkan peninjauan penulis terhadap jumlah peserta didik dan guru di
Sekolah Dasar Negeri 332 Mattirotappareng, maka penulis mengambil teknik
penarikan sampel jenis sampling jenuh. Artinya teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai anggota populasi digunakan sebagai
sampel.[29]
4.
Metode Analisis Data
a.
Data yang bersifat Kualitatif dianalisis dengan cara:
1)
Deduktif yaitu suatu cara atau jalan yang di pergunakan untuk
mendapatkan pengetahuan atau asumsi dengan menganalisis permasalahan yang ada
bertitik tolak dari kaidah berfikir yang bersifat umum, kemudian di tarik
kesimpulan yang berlaku khusus.
2)
Induktif yaitu suatu cara atau jalan yang di pergunakan untuk
memperoleh data atau iformasi dengan cara menganalisis data dengan menggunakan
kadar berfikir yang berlaku khusus, kemudian di tarik kesimpulan bersifat umum.
3)
Komparatif, yaitu penulis yang mengidentifikasi permasalahan yang
ada dengan terlebih dahulu membandingkan data-data dan informasi yang ada,
dengan mempertimbangkan tingkat kesesuaian dengan pembahasan skripsi ini.[30]
b.
Data yang bersifat Kuantitatif dianalisis dengan teknik distribusi
frekuensi, kemudian di jelaskan kembali ke dalam bentuk uraian.
G. Tujuan dan
Kegunaan Penelitian
- Tujuan
Penelitian
a.
Untuk mengetahui penerapan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
dengan menggunakan metode inquiri di Madrasah Ibtidaiyah As’adiyah No.3
Sengkang Kabupaten Wajo.
b.
Untuk mengetahui kendala apa yang dihadapi pada saat implementasi
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan menggunakan metode inquiri di
Madrasah Ibtidaiyah As’adiyah No.3 Sengkang Kabupaten Wajo.
2.
Kegunaan
Penelitian
a.
Untuk
menambah pengetahuan bagi guru maupun calon guru (mahasiswa/i) khususnya pada
jurusan Pendidikan Agama Islam tentang adanya pengaruh kedisiplinan dalam
meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
b.
Untuk
memperoleh hal yang penting mengenai pengaruh kedisiplinan guru dalam perubahan
dan peningkatan prestasi belajar peserta didik.
c.
Memberikan
sumbangan positif, inspirasi, daya tarik atau minat bagi peneliti lain dalam
mengembangkan penelitian berkaitan dengan permasalahan yang terdapat di dalam
lingkup pendidikan.
d.
Sebagai
sumbangan bagi pihak sekolah, baik dari kepala sekolah maupun guru-guru yang
meningkatkan kedisiplinan dalam proses belajar mengajar yang bersifat agamis.
e.
Menambah
wawasan ataupun pengalaman dalam mencermati masalah yang terjadi pada lingkup
pendidikan yang harus memperhatikan kedisiplinan.
f.
Menambahkan
pengetahuan bagi kepustakaan Sekolah Tinggi Agama Islam.
H. Garis-Garis
Besar Isi Skripsi
Untuk memudahkan para pembaca dalam memahami secara singkat isi skripsi,
maka penulis menggambarkan dalam bentuk alenia pada setiap bab.
Bab Pertama, merupakan bab pendahuluan, yang meliputi latar belakang,
rumusan masalah, hipotesis, pengertian judul, tinjauan pustaka, metodologi
penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, serta garis-garis besar isi
skripsi.
Bab kedua yakni tinjauan umum tentang profil madrasah Ibtidaiyah No. 3
Sengkang Kabupaten Wajo, sebagai objek penelitian, latar belakang berdirinya, keadaan
guru dan siswa, sarana dan prasarana.
Bab ketiga, Kajian
tentang metode inquiri dalam pembelajaran membahas
tentang konsep proses pembelajaran yang berisi pegertian belajar dan pengertian
mengajar, konsep metode mengajar yang berisi pengertian metode dan kedudukan
metode mengajar dalam proses pembelajaran dan metode inquiri dalam proses
pembelajaran.
Bab
keempat yaitu penulis mengemukakan pembahasan dan hasil penelitian yang terdiri
atas dua sub bab meliputi, penerapan metode Inquiri dalam pembelajaran sejarah
kebudayaan islam di Madrasah Ibtidaiyah As’adiyah No. 3 Sengkang Kabupaten
Wajo, dan kendala-kendala penerapan metode inquiri pada pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah As’adiyah No. 3 sengkang Kabupaten Wajo.
Bab kelima, adalah penutup sebagai bab terakhir yang terdiri dari dua sub yaitu
kesimpulan dari hasil penelitian dan implikasi penelitian yang berisi
saran-saran dari penulis.
KOMPOSISI BAB
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Hipotesis
D. Pengertian Judul
E. Tinjauan Pustaka
F. Metodologi Penelitian
G. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
H. Garis-Garis Besar Isi Skripsi
BAB
II . TINJAUAN TEORITIS
A. Metode Inquiri
B. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
C. Metode Inquiri dalam Pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam.
BAB
III. PROFIL MADRASAH ITIDAIYAH AS’ADIYAH NO. 3 SENGKANG KABUPATEN WAJO
A. Latar Belakang Berdirinya
B. Keadaan Guru dan Peserta Didik
C. Keadaan Sarana dan Prasarana
BAB IV. PENERAPAN METODE INQUIRI PADA PEMBELAJARAN
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MADRASAH IBTIDAIYAH NO.3 SENGKANG KABUPATEN WAJO
A. Penerapan Metode Inquiri dalam
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di
Madrasah Ibtidaiyah As’adiyah No. 3 Sengkang Kabupaten Wajo.
B. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Penerapan Metode Inquiri pada Pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam di Madrasah Ibtidaiyah As’adiyah No. 3 sengkang Kabupaten Wajo.
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
[2] Dra. Zuhairini, et al. FILSAFAT pendidikan Islam (Ed. I; Cet.
VI Jakarta : Bumi Aksara, 2012) h.186.
[4]
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (SISDIKNAS), beserta penjelasannya, ( Cet. II; Jakarta: Sinar
Grafika, 2009), h. 7.
[5]Muhaimin, Pengembangan
Kurikulum Pendidikan Agama Islam; di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi,
(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h.1
[6]Nana
Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum,; Teori dan Praktek,
(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 5
[7]Lihat, Keputusan Menteri Agama RI Nomor 207 tahun 2014 tentang Kurikulum
Madrasah, (Jakarta : Menteri Agama RI, 31 Desember 2014).
[9]Lihat,
Menteri Agama RI, Lampiran KMA No. 912 tahun 2013 tentang Kurikulum Madrasah
2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab. (Jakarta: Menteri
Agama RI, 9 Desember 2013),h.316
[10] Dr.E.Mulyasa, M.Pd., Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan,(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2009),h.108
[13] J.Mursell dan S.Nasution., Mengajar dengan Sukses (Successful teaching),(Jakarta
: Bumi Aksara, 2006), h. 26
[14] Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1991),h.116
[19] Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 000912 Tahun 2013 Tentang
Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab, Loc.Cit
[21]I.J.
Supranto, Metode Riset (Jakarta; Rineka Cipta, 1997), h. 13.
[23]Sugiyono,
Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 2006), h.166.
[24]
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), h. 79
[25]
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
(Jakarta: PT Rineka Cipta,2006), h.231.
[26]
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D (Bandung: Alfabet,2009), h.329.
[27] Irawan
Soehartono, Metode Penelitian Sosial (Cet. VII; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2008), h. 57.
[30] Winarno
Surachmad, Dasar Tehnik Research Pengantar Metodologi Ilmiah (Bandung:
Tarsito, 1972), h. 137.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar